PENGERTIAN, FUNGSI, TUJUAN, DAN PRINSIP-PRINSIP SUPERVISI
PENDIDIKAN
Ditulis sebagai Makalah Diskusi Kelas
Mata Kuliah Administrasi Pendidikan
Kelompok : VI
1.
Eri Julias (2015.01.033)
2.
Khusnul Malinda (2015.01.059)
3.
Suci Utari (2015.01.110)
Dosen Pengampu: Rozikin, M.Pd.I
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-QUR’AN AL-ITTIFAQIAH
INDRALAYA OGAN ILIR SUMATERA SELATAN
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
1.
Arti
morfologis (ilmu urai kata) atau definisi nominal. Super = atas, lebih dan visi
= lihat/penglihatan, pandangan. Seorang supervisor memiliki kelebihan dalam
banyak hal, seperti penglihatan, pendidikan, pengalaman,
kedudukan/pangkat/jabatan posisi dan sebagainya. [1]
e.
Dalam
Pedoman Pelaksanaan Kurikulum SD, SMP, dan SMA 1975 merumuskan supervisi
sebagai pembinaan (yang diberikan) kepada seluruh staf sekolah untuk
mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik. (Pembinaan-pemberian
bantuan, bimbingan, layanan, tuntunan, dan sebagainya bila perlu). Hal
ini sesuai dengan logo Depdikbud “Tut Wuri Handayani”.[3]
Dari sini dapat ditarik pengertian supervisi pendidikan adalah
kegiatan membina para pendidik dalam mengembangkan proses pembelajaran,
termasuk segala unsur penunjangnya.[4]
8.
Memberi
wawasan yang lebih luas dan terintegrasi dalam merumuskan tujuan-tujuan
pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru.[5]
5.
Memberikan
bimbingan langsung untuk perbaikan kesalahan, kekurangan, dan kekhalifahan
serta membantu memecahkan masalah yang dihadapi sekolah, sehingga dapat dicegah
kesalahan yang lebih jauh.[7]
2.
Demokratis,
menjunjung tinggi asas musyawarah, memiliki jiwa kekeluargaan yang kuat serta
sanggup menerima pendapat orang lain.[9]
7.
Konstruktif
dan Kreatif: supervisi yang didasarkan atas prinsip konstruktif dan kreatif
akan mendorong kepada orang yang dibimbingnya untuk memperbaiki kelemahan atau
kekurangannya serta secara kreatif berusaha meningkatkan prestasi kerjanya.[10]
5.
Supervisi
bertujuan mengembangkan keadaan yang favorable untuk terjadinya proses
belajar mengajar yang efektif.[11]
Bila masalah yang dihadapi adalah masalah yang bersifat pribadi
apalagi khusus atau “secret”, maka teknik yang digunakan sebaiknya
adalah teknik individual/perorangan, dengan pertemuan “empat mata” dan dijamin
kerahasiaannya, misalnya kasus evaluasi guru/pegawai dengan DP3, kasus konflik
guru dengan guru/pegawai/ murid dan sebagainya.[14]
Yang terutama bertugas sebagai
supervisor sekolah ialah kepala sekolah yang bersangkutan. Pelaksanaan
supervisi juga dibantu oleh wakil kepala sekolah sesuai dengan bidang studinya.
Selain itu, tugas supervisi ini dilakukan oleh pengawas dari Kanwil Depdikbud
dengan pembantunya. Mereka adalah pejabat-pejabat Kanwil yang bertugas
melakukan supervisi di suatu sekolah. Ada beberapa tata cara yang perlu
diperhatikan dalam melakukan tugas supervisi, yaitu:
1.
Supervisi
hendaknya dilaksanakan dengan persiapan dan perencanaan yang sistematis.
2.
Supervisor
hendaknya memberitahukan kepada orang-orang yang bersangkutan tentang rencana
supervisinya.
3.
Agar
memperoleh data yang lengkap, supervisor hendaknya jangan hanya menggunakan
satu macam teknik, melainkan beberapa macam teknik, seperti wawancara,
observasi sekolah, kunjungan kelas, dan sebagainya.
4.
Laporan
hasil supervisi hendaknya dibuat rangkap, satu lembar untuk pejabat yang akan
diberi laporan dan satu lembar lagi untuk sekolah yang di supervisi.
5.
Penilaian
dalam supervisi hendaknya dituangkan dalam format-format, seperti checklist atau
ratingscale.
6.
Penilaian
masing-masing komponen/kegiatan yang dititikberatkan dari beberapa aspeknya,
agar dicari nilai rata-ratanya.
7.
Kemudian
berdasarkan nilai semua komponen. Dibuat rekapitulasi dari seluruh hasil
penilaian mengenai sekolah yang bersangkutan. (Sumber: Buku Pedoman
Supervisi, Depdikbud, 1979).[15]
Burhanuddin, Yusak. 2005. Administrasi Pendidikan. Bandung: Pustaka
Setia.
Daryanto, H. M. 2006. Administrasi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Gunawan, Ary H. 2002. Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan
Mikro). Jakarta: PT Rineka Cipta.
Pidarta, Made. 2009. Supervisi Pendidikan Konstektual. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sahertain, Piet A. 2000. Supervisi Pendidikan (Dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manuisa). Jakarta: PT Rineka Cipta.
Suryosubroto, B. 2004. Manajemen Pendidikan Di Sekolah. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
[1] Ary H.
Gunawan. Administrasi Pendidikan. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002). Hal:
193.
[2] Piet A.
Sahertian. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan (Dalam Rangka
Pengembangan
Sumber Daya Manusia. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000). Hal: 18.
[3] Ary H. Gunawan
. Op. Cit. Hal: 194.
[4] Made Pidarta. Supervisi
Pendidikan Kontekstual. (Jakarta: Rineka Cipta, 2009). Hal: 2.
[5] Piet A.
Sahertian. Op. Cit. Hal: 21.
[6] H. M. Daryanto.
Administrasi Pendidikan. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006). Hal: 180.
[7] Yusak
Burhanuddin. Administrasi Pendidikan. (Bandung: Pustaka Setia, 2005. Hal:
100.
[8] Ary H.
Gunawan. Op. Cit. Hal:198-198.
[9] B. Suryosubroto.
Manajemen Pendidikan Di Sekolah. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004). Hal:
175-176.
[10] Yusak
Burhanuddin. Op. Cit. Hal: 104-105.
[11] Soetjipto dan
Raflis Kosasi. Profesi Keguruan. (Jakarta: Rineka Cipta, 2007). Hal:
238-239.
[12] B. Suryosubroto.
Op. Cit. Hal: 176.
[13] Piet. A.
Sahertain. Op. Cit. Hal: 26-27.
[14] Ary H.
Gunawan. Op. Cit. Hal: 202-203.
[15] Yusak
Burhanuddin. Op. Cit. Hal: 104.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar