KESULITAN BELAJAR DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA
Ditulis sebagai Makalah Diskusi Kelas
Mata Kuliah Psikologi Pendidikan
Disusun Oleh : Kelompok X
Semester : V PAI B
1.
Apriani (2015.01.011)
2.
Marlinda (2015.01.069)
3.
Suci Utari (2015.01.110)
Dosen Pengampu: Ani Nafisah, M.Pd.I
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-QUR’AN AL-ITTIFAQIAH
INDRALAYA OGAN ILIR SUMATERA SELATAN
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Apa
definisi dari belajar?
2.
Apa
yang dimaksud dengan kesulitan belajar?
3.
Apa
saja faktor-faktor kesulitan belajar?
4.
Bagaimana
diagnosis kesulitan belajar?
5.
Bagaimana
alternatif pemecahan kesulitan belajar?
6.
Bagaimana
strategi pemecahan masalahnya?
7.
Apa
definisi dari media pembelajaran?
1.
Untuk
mengetahui definisi dari belajar
2.
Untuk
mengetahui yang dimaksud dengan kesulitan belajar
3.
Untuk
mengetahui faktor-faktor kesulitan belajar
4.
Untuk
mengetahui diagnosis kesulitan belajar
5.
Untuk
mengetahui alternatif pemecahan kesulitan belajar
6.
Untuk
mengetahui strategi pemecahan masalahnya
7.
Untuk
mengetahui definisi dari media pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
Belajar merupakan suatu proses yang
berlangsung sepanjang hayat. Hampir semua kecakapan, keterampilan, pengetahuan,
kebiasaan, kegemaran dan sikap manusia terbentuk, dimodifikasi dan berkembang
karena belajar (Suryabrata, 2002). Dengan demikian, belajar merupakan proses
penting yang terjadi dalam kehidupan setiap orang. Karenanya, pemahaman yang
benar tentang konsep belajar sangat diperlukan, terutama bagi kalangan pendidik
yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
Dalam kehidupan sehari-hari, istilah
belajar digunakan secara luas. Hal ini disebabkan karena aktivitas yang disebut
belajar itu muncul dalam berbagai bentuk. Membaca buku, menghafal ayat
Al-Qur’an, mencatat pelajaran, hingga menirukan perilaku tokoh dalam televisi,
semua disebut belajar.[1]
Aktivitas belajar bagi setiap
individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar,
kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari,
kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat terkadang semangatnya
tinggi, tetapi terkadang juga sulit untuk mengadakan konsentrasi.
Setiap individu memang tidak ada
yang sama. Perbedaan individual ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah
laku belajar di kalangan anak didik. Dalam keadaan ini dimana anak didik/ siswa
tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan “kesulitan
belajar”.
Kesulitan belajar ini tidak selalu
disebabkan karena faktor intelegensi yang rendah (kelainan mental), akan tetapi
dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non-intelegensi. Dengan demikian, IQ
yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar.
Karena itu dalam rangka memberikan
bimbingan yang tepat, pada setiap anak didik, maka para pendidik perlu memahami
masalah-masalah yang berhubungan dengan kesulitan belajar.[2]
Secara garis besar, faktor-faktor
penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri dari dua macam, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal.
1.
Faktor
Internal, yaitu:
a.
Sebab-sebab
kesulitan belajar yang bersifat fisik, yaitu karena sakit atau menderita cacat
tubuh.
b.
Sebab-sebab
kesulitan belajar yang bersifat psikis, yaitu faktor intelegensi, bakat, minat,
motivasi dan kesehatan mental.
2.
Faktor
Eksternal, yaitu:
a.
Faktor
Keluarga
1)
Faktor
orang tua:
a)
Cara
mendidik
b)
Hubungan
orang tua dengan anak
c)
Contoh
atau bimbingan dari orang tua
d)
Suasana
rumah atau keluarga
e)
Keadaan
ekonomi keluarga, baik keadaan ekonomi yang kurang (miskin) maupun berlebihan
(kaya).
b.
Faktor
sekolah
1)
Faktor
guru:
a)
Guru
yang tidak berkualitas
b)
Hubungan
antara guru dengan peserta didik yang kurang baik
c)
Guru
yang tidak mempunyai kecakapan dalam usaha mendiagnosis kesulitan belajar
peserta didik.
d)
Kesulitan
belajar yang ditimbulkan oleh metode mengajar guru.
2)
Faktor
alat, karena tanpa adanya alat, terutama bagi pelajaran yang bersifat
praktikum, akan menimbulkan kesulitan belajar. Karena kesulitan alat, guru
cenderung menggunakan metode ceramah yang dapat menimbulkan kepasifan peserta
didik.
3)
Faktor
gedung sekolah pada umumnya dan ruang kelas pada khususnya.
4)
Faktor
kurikulum
5)
Faktor
waktu sekolah dan disiplin yang kurang
c.
Faktor
media massa dan lingkungan sosial, baik teman bergaul, lingkungan tetangga,
maupun aktivitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa sebab-sebab kesulitan belajar ini dapat berupa sebab-sebab individual
maupun sebab-sebab yang kompleks.[3]
Dalam konteks kelas lazimnya waktu
dialokasikan untuk bidang studi dan tiap jam pelajaran tertentu (40-50 menit).
Dalam konteks tugas individual ditetapkan berdasarkan perhitungan hari/minggu
tertentu. Catatan ini amat berharga, sehingga dapat menggambarkan siapa peserta
didik yang selalu lebih cepat, selalu terlambat dan peserta didik yang tepat
waktu. Dengan membandingkan durasi dan frekuensi peserta didik itu secara
berkelompok maka kita mudah mengetahui atau menemukan kasus-kasus yang diduga
mengalami kesulitan belajar.[4]
Dalam bidang tertentu juga kadang
dibutuhkan kerjasama peserta didik dalam kelompok. Dalam kerjasama ini
dibutuhkan suatu kondisi saling menerima, saling percaya, saling menyenangi di
antara sesama anggota. Dari ini kita dapat mengetahui mana peserta didik yang
memilih dan dipilih dan mana yang tidak meilih dan dipilih, mana peserta didik
yang disenangi dan mana yang kurang disenangi atau terisolasi. Dengan ini maka
kita dapat menjadikan peserta didik yang terisolasi ini sebagai peserta didik
yang patut dijadikan kasus bimbingan penyesuaian sosial.[5]
Penyusunan program hendaklah dimulai
dari segi pengajar dulu. Seorang pengajar harus menjadi seorang yang
konservator, transmitor, transformator, dan organisator. Selanjutnya
lengkapilah beberapa alat peraga atau alat yang lainnya yang menunjang
pengajaran lebih baik, karena dengan kelengkapan-kelengkapan yang lebih
kompleks, motivasi belajar pun akan dengan mudah didapat oleh para peserta
didik.[6]
a.
Observasi: cara
memperoleh data dengan langsung mengamati terhadap objek. Data-data yang dapat
diperoleh dengan observasi, misalnya:
b.
Interview: adalah cara
mendapatkan data dengan wawancara langsung terhadap orang yang diselidiki atau
terhadap orang lain yang dapat memberikan informasi tentang orang yang
diseleksi.
d.
Dokumentasi: adalah cara
mengetahui sesuatu dengan melihat catatan-catatan, arsip-arsip, dokumen-dokumen
yang berhubungan dengan orang yang diselidiki. Untuk mengenal murid yang
mengalami kesulitan belajar bisa melihat:
Setelah data terkumpul kemudian
diseleksi, tinggal data-data yang diperlukan. Untuk dapat mengatakan murid mana
yang mengalami kesulitan belajar, diperlukan patokan kesulitan belajar.[8]
Begitu seterusnya sampai benar-benar
dapat berhasil mengatasi kesulitan belajar anak yang bersangkutan.[11]
1.
Pengertian
Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk
jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau
pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke
penerima pesan. Menurut Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education
Assocaiton/ NEA) media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun
audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya dimanipulasi, dapat dilihat,
didengar dan dibaca. Apapun batasan yang diberikan, ada persamaan di antara
batasan tersebut yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga
proses belajar terjadi.[12]
2.
Pengembangan
Media Pembelajaran
Media pembelajaran dapat dipilih dengan pertimbangan akan
memberikan dukungan terhadap isi bahan pembelajaran dan kemudahan untuk memperolehnya. Tetapi jika pembelajaran
yang sesuai belum tersedia, maka guru perlu berupaya mengembangkannya sendiri.
Pengembangan media sederhana dapat dikembangkan oleh guru sendiri.
a.
Media
Berbasis Visual
Visualisasi pesan, informasi, atau konsep yang ingin disampaikan
kepada siswa dapat dikembangkan dalam bentuk seperti foto, gambar/ilustrasi,
sketsa/gambar grafis, grafik, bagan, chart, dan gabungan dari dua bentuk
atau lebih.
Keberhasilan penggunaan media berbasis visual ditentukan oleh
kualitas dan efektivitas bahan-bahan visual dan grafik itu. Tampilan visual
harus dapat dengan mudah dimengerti, terang/dapat dibaca, dan dapat menarik
perhatian sehingga ia mampu menyampaikan pesan yang dinginkan oleh pengguna.
b.
Media
Proyeksi
Over Head Projector (OHP),
merupakan media proyeksi visual yang relatif sederhana, yang berfungsi
memproyeksikan gambar pada transparan.
c.
Media
Berbasis Audio Visual
Media
audio dan audio visual merupakan bentuk media pembelajaran yang bisa dilihat
dan didengar. Contohnya seperti: televisi dan video.[13]
BAB III
PENUTUP
1.
Definisi
Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hayat.
Hampir semua kecakapan, keterampilan, pengetahuan, kebiasaan, kegemaran dan
sikap manusia terbentuk, dimodifikasi dan berkembang karena belajar
(Suryabrata, 2002).
2.
Pengertian
Kesulitan Belajar
Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan individual
ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar di kalangan anak
didik. Dalam keadaan ini dimana anak didik/ siswa tidak dapat belajar
sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan “kesulitan belajar”.
3.
Faktor-faktor
Kesulitan Belajar
a.
Faktor
internal
b.
Faktor
eksternal
4.
Diagnosis
Kesulitan Belajar
a.
Identifikasi
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar;
b.
Penggunaan
Catatan waktu belajar Efektif;
c.
Penggunaan
Catatan Kehadiran (Presensi) dan Ketidakhadiran (Absensi)
d.
Penggunaan
Catatan Partisipasi (Partisipasi Chat);
e.
Penggunaan
Catatan dan Bagan Sosiometri;
5.
Alternatif
Pemecahan Kesulitan Belajar
a.
Observasi
Kelas
b.
Pemeriksaan
Alat Indera
c.
Teknik
Main Peran
d.
Tes
Diagnosis Kecakapan/Tes IQ/Psikotes
e.
Menyusun
Program Perbaikan
6.
Strategi
Pemecahan Maslah (Memahami dan Mendiagnosis Masalah, Menciptakan Solusi, dan
Mengevaluasi Solusi)
a.
Memahami
dan Mendiagnosis Masalah
b.
Menciptakan
Solusi & Mengevaluasi Solusi
7.
Media
Pembelajaran
a.
Pengertian
Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk
jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau
pengantar.
b.
Pengembangan
Media Pembelajaran
1)
Media
Berbasis Visual
2)
Media
Proyeksi
3)
Media
Berbasis Audio Visual
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu & Widodo Supriyono. 2004. Psikologi
Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Dalyono. 2015. Psikologi
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Daryanto &
Mohammad Farid. 2015. Bimbingan Konseling. Yogyakarta: Gava Media.
Khodijah, Nyayu.
2011. Psikologi Pendidikan. Palembang: Grafika Telindo Press.
S. Sadiman, Arief
dkk. 2010. Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Sumantri, Mohammad
Syarif. 2015. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
[1] Nyayu
Khodijah. Psikologi Pendidikan. (Palembang: Grafika Telindo Press,
2011). Hal: 53.
[2] Abu Ahmadi
& Widodo Supriyono. Psikologi Belajar. (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2004). Hal: 77-78.
[3] Daryanto &
Mohammad Farid. Bimbingan Konseling. (Yogyakarta: Gava Media, 2015).
Hal: 94-95.
[4] Ibid. Hal:
97-99.
[5] Ibid. Hal: 99.
[6] Ibid. Hal:
96-97.
[7] Dalyono. Psikologi
Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta, 2015). Hal: 246.
[8] Ibid. Hal:
246-249.
[9] Ibid. Hal:
249-250.
[10] Ibid. Hal:
250-252.
[11] Ibid. Hal:
253.
[12] Arief S.
Sadiman, dkk. Media Pendidikan. (Jakarta: Rajawali Pers, 2010). Hal:
6-7.
[13] Mohamad Syarif
Sumantri. Strategi Pembelajaran. (Jakarta: Rajawali Pers, 2015). Hal:
312-322.