SISTEM PENDEKATAN PENILAIAN
Dosen Pengampu: Drs : Hj.
Muyasaroh, M.Pd.I
Disusun Oleh : Kelompok VIII
Semester : IV PAI B
1.
Rizki
Oktaviansi (2015.01.099)
2.
Siti
Nurkholifah (2015.01.109)
3.
Suci
Utari (2015.01110)
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-QUR’AN AL-ITTIFAQIAH
INDRALAYA OGAN ILIR SUMATERA SELATAN
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………......... i
DAFTAR ISI ………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah ………………………………………. 1
B.
Rumusan
Masalah …………………………………………….. 2
C.
Tujuan
Penulisan ……………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Penilaian ................................................................. 3
B.
Definisi
Penilaian Acuan Patokan (PAP) ................................. 3
C.
Definisi
Penilaian Acuan Norma (PAN) .................................. 5
D.
Pengelolaan
Skor menjadi Nilai ............................................... 7
E.
Standar
Skor atau Z – Skor ...................................................... 9
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
…………………………………………………... 10
B.
Saran
…………………………………………………………. 10
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………….... 11
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Evaluasi adalah suatu proses, yakni proses menentukan
sampai berapa jauh kemampuan yang dapat dicapai oleh siswa dalam proses belajar
mengajar. Kemampuan yang diharapkan tersebut sebelumnya sudah ditetapkan secara
operational. Selanjutnya juga ditetapkan patokan pengukuran hingga dapat
diperoleh penilaian (value judgement).
Penilaian hasil belajar merupakan salah satu kegiatan
dalam dunia pendidikan yang penting. Pada satu sisi, dengan penilaian hasil
belajar yang dilakukan dengan baik dapat mengetahui tingkat kemajuan belajar
siswa, kekurangan, kelebihan, dan posisi siswa dalam kelompok. Pada sisi yang
lain, penilaian hasil belajar yang baik akan menjadi feed back bagi guru/dosen
untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan proses belajar mengajar. Idealnya,
penilaian pada bidang apapun dilakukan dengan menggunakan prosedur dan
instrumen yang standar.
Penilaian dapat didefinisikan sebagai salah satu
gabungan antara ilmu pengetahuan dan seni, dimana dalam penilaian ini bukan saja
terdiri dari perhitungan matematis akan tetapi juga bergantung pada rumusan dan
opini yang dibuat oleh seorang penilai setelah membuat analisis dan kajian yang
mendalam terhadap karakterisistik harta, keadaan ekonomi, latar belakang
sejarah, prospek serta potensi-potensi pada masa yang akan datang.
Proses penilaian dimulai ketika penilai
mengidentifikasikan masalah penilaian dan berakhir dengan diserahkannya laporan
penilaian kepada klien. Penilaian memiliki berbagai macam kepentingan yang
mendasari. Hal ini yang mengakibatkan pada hasil penilaian dapat terwujud dalam
berbagai hasil, tergantung pada keperluan dan kepentingan dalam memperoleh
tujuan tertentu tersebut.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian
dari penilaian?
2.
Bagaimana
definisi penilaian acuan patokan (PAP)?
3.
Bagaimana
definisi penilaian acuan norma (PAN)?
4.
Bagaimana
pengelolaan skor menjadi nilai?
5.
Bagaimana
standar skor atau z-skor?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk
mengetahui pengertian dari penilaian
2.
Untuk
mengetahui definisi penilaian acuan patokan (PAP)
3.
Untuk
mengetahui definisi penilaian acuan norma (PAN)
4.
Untuk
mengetahui pengelolaan skor menjadi nilai
5.
Untuk
mengetahui standar skor atau z-skor
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Penilaian
Penilaian dapat diartikan sebagai
suatu usaha untuk memperoleh berbagai informasi secara berkala,
berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar, pertumbuhan
serta perkembangan sikap dan perilaku yang dicapai siswa (Fajar, A., 2002).
Berkaitan dengan hal ini guru harus membuat keputusan mengenai pencapaian
belajar kompetensi dari siswa.
Pengertian di atas menunjukkan bahwa
penilaian merupakan suatu proses untuk menggambarkan perubahan dari diri siswa
setelah pembelajaran. Proses memberi arti bahwa penilaian dilakukan secara
terus-menerus dan berkesinambungan, dengan cara tertentu sehingga mendapat
hasil sesuai yang diharapkan.
Sedangkan menurut Permendiknas No.
20 Tahun 2007, penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar siswa.[1]
B.
Definisi Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Penilaian acuan patokan sering
disebut juga dengan penilaian acuan kriteria (PAK). Dalam proses penilaian pola
pendekatan acuan patokan (PAP) ini dapat juga digunakan untuk menentukan
kelulusan seorang siswa dengan mengacu kepada beberapa kriteria.
Penilaian dengan pendekatan kriteria
(penilaian acuan patokan/ PAP) selalu digunakan dalam sistem belajar tuntas.
Sesuai dengan namanya yaitu belajar tuntas. Semua tujuan instruksional yang
mudah atau yang sukar, yang penting dan yang kurang penting harus benar-benar
dikuasai.
1.
Pengembangan
Butir Soal untuk PAP
Ada persamaan pengembangan butir
soal untuk penilaian acuan norma (PAN) dengan penilaian acuan patokan (PAP)
antara lain keduanya terlebih dahulu menentukan hasil kemampuan apa yang akan
diukur dan cara pengukuran yang bagaimana yang paling tepat untuk melihat
kemampuan tersebut (dengan tes lisan, tertulis, atau pengamatan dan
sebagainya).
Pengembangan butir soal untuk
penilaian acuan patokan tingkat kesukarannya tidak diperhatikan, karena maksud
soal ini bukan untuk membedakan siswa yang pintar dan yang bodoh, tetapi hanya
melihat tingkat penguasaan seorang siswa terhadap bahan atau tujuan
instruksional. Juga daya pembeda tidak menjadi perhatian, justru yang menjadi
perhatian adalah daya serap siswa. Sebaiknya semua bahan atau tujuan
instruksional dapat dikuasai oleh siswa. (penguasaaan 100%). Penguasaan yang
mencapai 100% sukar dicapai sehingga ada lembaga yang merasa cukup dengan
penguasaan minimal 75% atau 80%.
2.
Manfaat
Penilaian Acuan Patokan
Menurut Payne (1974) yang dikutip oleh Noehi Nasution
dalam Evaluasi Pengajaran (1993: 67) disebutkan bahwa penilaian acuan
patokan masih dipergunakan untuk keperluan:
a.
Penempatan
seorang siswa dalam rentetan kegiatan belajar.
b.
Mendiagnosis
kemampuan seorang siswa dalam proses pengajaran.
c.
Memonitor
kemajuan setiap siswa dalam proses pengajaran.
d.
Mendiagnosis
tingkat penguasaan kelas dapat dilaksanakan dengan menggunakan hasil diagnosis
individual.
e.
Melacak
kemampuan khusus siswa dalam satu bidang studi, pendekatan acuan patokan (PAP)
adalah yang paling tepat untuk mendeteksinya. [2]
C.
Definisi Penilaian Acuan Norma (PAN)
Penilaian acuan norma (PAN) adalah
penilaian yang dilakukan terhadap tingkat penguasaan sekelompok siswa/ peserta
ujian, artinya pemberian nilai tersebut mengacu pada perolehan nilai dikelompok
itu. Oleh sebab itu, penilaian acuan norma (PAN) sering juga disebut dengan
penilaian acuan kelompok (PAK). Ada beberapa cara yang dilakukan dalam
menetapkan penilaian dengan menggunakan PAN. Akan tetapi dalam uraian ini akan
dijelaskan tiga macam saja, yaitu:
1.
Teknik
Rangking Sederhana (Simple Rank)
Adalah urutan yang menunjukkan letak/kedudukan seorang siswa dalam
kelompoknya dan dinyatakan dengan nomor atau angka biasa. Contoh: suatu
kelompok siswa/peserta ujian yang terdiri dari sembilan orang mendapat skor
(nilai mentah) : 50, 45, 45, 40, 40, 40, 35, 35, dan 30.
Dari skor mentah tersebut dapat dibaca bahwa perolehan tertinggi
adalah skor 50, terendah adalah skor 30. Dengan demikian nilai tertinggi
diberikan kepada skor tertinggi, misalnya 10, 9, 9, 8, 8, 8, 7, 7, dan 6.[3]
2.
Teknik
Rangking Persentase (Percentile Rank)
Adalah kedudukan seorang siswa dalam kelompoknya, yang menunjukkan
banyaknya persentase yang berada dibawahnya. Jadi dalam hal ini siswa
dibandingkan dengan siswa lain yang mempunyai skor sama atau lebih kecil dari
padanya, adapun caranya dengan menghitung persentase jawaban yang benar dijawab
oleh setiap siswa/ peserta ujian. Kemudian kepada persentase tertinggi
diberikan nilai tertinggi dan jika nilai mentah di atas didapat dari 60 butir
soal atau skor maksimumnya 60, maka dapat dilihat dari contoh dalam tabel di
bawah ini:
Tabel
Perhitungan Penilaian Berdasarkan Persentase
a.
Skor
|
50
|
45
|
45
|
40
|
40
|
40
|
35
|
35
|
30
|
b.
Persentase
jawaban yg benar
|
83,3
|
75,0
|
75,0
|
66,7
|
66,7
|
66,7
|
58,3
|
58,3
|
50,0
|
c.
Nilai
(1-10)
|
10
|
9
|
9
|
8
|
8
|
8
|
7
|
7
|
6
|
Menghitung persentase (b) =
![]() |
Untuk mengubah persentase menjadi nilai (1-10) dengan cara bahwa
persentase tertinggi nilai 10, ini berarti 83,3% dihargai 10, maka 75,0%
harganya:
x 10 = 9,0, atau dapat dihitung faktor pengali
terlebih dahulu, yaitu: 83,3% adalah 10 atau
x a = 10, a = 12, jadi faktor
pengali adalah 12, sehingga 66,7% pada nilai (1-10)adalah: 66,7% x 12 = 8,004
di bulatkan menjadi 8,0.[4]


3.
Teknik
Standar Deviasi (Deviation Standart)
Adalah penentuan kedudukan/nilai siswa dengan membagi kelas atas
kelompok-kelompok, tiap kelompok dibatasi oleh suatu standar devisiasi
(simpangan baku).
Penggunaan teknik ini sangat cocok apabila anggota kelompok tidak
hanya terdiri dari satu kelas sehingga jumlahnya menjadi ratusan orang, maka
untuk memberi nilai kepada setiap siswa/peserta digunakan statistik sederhana
yang menentukan besarnya skor rata-rata kelompok dan simpangan baku kelompok (mean
dan standar deviasi).
Adapun cara mengetahui nilai rata-rata (mean) dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu;
a.
Jika
jumlah skor yang diolah kurang dari 30 orang, digunakan tabel frekuensi
tunggal.
b.
Apabila
jumlah skor yang diolah 30 orang atau lebih, sebaiknya dipergunakan tabel
distribusi frekuensi bergolongan.
4.
Mean
(M) Ideal dan Deviasi Standar (SD) Ideal
Mengelola skor mentah dengan menggunakan sistem mean ideal
dan deviasi standar ideal ternyata lebih praktis dan lebih mudah sebab tidak
diperlukan tabel distribusi frekuensi. Sebagai contoh tes diikuti oleh 50 orang
siswa, dan skor maksimal = 100, maka mean idealnya =
x 100 = 50, sedangkan deviasi standar idealnya
adalah =
x 50 = 16,6 dibulatkan 17.[5]


D.
Pengelolaan Skor menjadi Nilai
Skor mentah yang telah diolah dengan
menggunakan rumus statistik tersebut, setelah diketahui mean (M) dan
deviasi standar (SD), dapat dilanjutkan lagi dengan membagi kelompok siswa
menjadi:
1.
Nilai
Berskala 5 (liam) atau Lima Huruf
Nilai berskala
5 (lima) atau nilai huruf A – B – C – D – dan E (TL) dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut (Ngalim Purwanto, 1990: 90):
a.
Menentukan
besarnya Skala Unit Deviasi (SUD) misalnya kita gunakan seluruh jarak range
dari kurva normal yaitu antara -3 SD s/d +3 SD = 6 SD. Karena huruf yang ada
digunakan adalah A – B – C – D – dan E (TL), yang berarti = 4 unit maka
besarnya SUD = 6 SD : 4 = 1,5 SD. Apabila yang kita jadikan contoh adalah
perhitungan tabel (tabel distribusi frekuensi tunggal) maka SUD = 1,5 x 8,69 =
13,035 dibulatkan menjadi = 13.
b.
Titik
tengah nilai (mean) = 60, karena C merupakan nilai tengah pada skala
penilaian A – B – C – D – dan E (TL).
c.
Menentukan
batas bawah (lower limit), batas atas (upper limit) dari masing-masing
huruf. Karena titik tengah (C) = 60, maka:
Batas bawah C : M – 0,5 SUD = 60 –
0,5 x 13 = 53,5
Batas atas C : M + 0,5 SUD = 60 + 0,5 x 13 = 66,5
Skor di bawah D
: M – 15 SUD = 60 – 1,5 x 13 = 34
Skor di bawah D
: E (TL)
Batas atas B : M + 1,5 SUD = 60 + 1,5 x 13 = 79,5
Skor di atas
79,5 : A
d.
Berdasarkan
perhitungan di atas, maka skor mentah dari 20 orang siswa tersebut dapat
ditransfer menjadi 5 kelompok, yaitu:
1)
Nilai
A : skor
80 =
0 (tidak ada)

2)
Nilai
B : skor 67 – 79,5 = 6 orang
3)
Nilai
C : skor 54 – 66,5 = 10 orang
4)
Nilai
D : skor 34 – 53,5 = 4 orang
5)
Nilai
E (TL) : skor
34 =
0 (tidak ada).

2.
Nilai
Akhir Berskala 8 (delapan) atau Berskala 9 (sembilan)
Nilai berskala 9 (sembilan) artinya nilai yang diperoleh siswa
direntang menjadi 9 (sembilan) tingkatkan yang disebut juga standar Nines atau Stanies.
Adapun cara pengubahan skor mentah menjadi nilai berskala 9,
didasarkan kepada soal perhitungan mean (m) dan deviasi standar (SD)
yang telah diketahui sebelumnya seperti terlihat pada tabel 4 (tabel distribusi
frekuensi bergolong) mean = 45,54 : SD = 15.[6]
3.
Nilai
berskala 10 atau berskala 11
Nilai berskala 11 (sebelas) adalah skor yang diperoleh siswa dalam
suatu bidang studi dikelompokkan menjadi 11 (sebelas) kelompok (tingkat).
Adapun rumus penjabaran nilai siswa menjadi 11 angkatan.
E.
Standar Skor atau Z – Skor
Standar skor atau z – skor adalah
angka yang menunjukkan perbandingan perbedaaan skor perbedaan skor seorang dari
mean, dengan standar deviasinya. Standar skor ini lebih mempunyai arti
dibandingkan dengan skor itu sendiri, karena telah dibandingkan dengan suatu
standar yang sama. Untuk menentukan Z – skor harus diketahui:
1.
Rata-rata
skor dari kelompok (mean)
2.
Simpangan
baku (standar deviasi) dari skor-skor tersebut.
z =
![]() |
Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Rumus Z – skor:
Keterangan:
X = skor yang diperoleh
M = skor rata-rata
SD = SD bidang studi.[7]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Pengertian
Penilaian
Sedangkan menurut Permendiknas No. 20 Tahun 2007, penilaian
pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan
pencapaian hasil belajar siswa.
2.
Penilaian
Acuan Patokan (PAP)
Dalam proses penilaian pola pendekatan acuan patokan (PAP) ini
dapat juga digunakan untuk menentukan kelulusan seorang siswa dengan mengacu
kepada beberapa kriteria.
3.
Penilaian
Acuan Norma (PAN)
Penilaian acuan norma (PAN) adalah penilaian yang dilakukan
terhadap tingkat penguasaan sekelompok siswa/ peserta ujian, artinya pemberian
nilai tersebut mengacu pada perolehan nilai dikelompok itu.
B.
Saran
Setelah membaca makalah mengenai
Sistem Pendekatan Penilaian, diharapkan untuk tidak pernah puas terhadap
makalah yang dibuat, karena Sistem Pengembangan Evaluasi memiliki cakupan yang
sangat luas, untuk itu pembaca hendak mencari sumber lain.
DAFTAR PUSTAKA
Sakni, Ridwan. 2006. Pengembangan
Sistem Evaluasi Pendidikan. Palembang: IAIN Raden Fatah Press.
Sumantri, Mohamad Syarif. 2015. Strategi Pembelajaran ( Teori dan
Praktik di tingkat Pendidikan Dasar. Jakarta: Rajawali Pers.
[1] Mohamad Syarif
Sumantri. Strategi Pembelajaran (Teori dan Praktik di tingkat Pendidikan
Dasar). (Jakarta: Rajawali Pers. 2015). Hlm: 231.
[2] Ridwan Sakni. Pengembangan
Sistem Evaluasi Pendidikan. (Palembang: IAIN Raden Fatah Press. 2006). Hlm:
72-74.
[3] Ibid. Hlm:
75-76.
[4] Ibid. Hlm:
76-77.
[5] Ibid. Hlm:
78-84.
[6] Ibid. Hlm:
84-87.
[7] Ibid. Hlm: 88.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar