TEKNIK-TEKNIK
MENDAPATKAN UMPAN BALIK (FEED BACK)
Dosen Pengampu: Ani Nafisah, M. Pd. I
Disusun Oleh: Kelompok IV
1.
Billy Muharrom (2015.01.016)
2.
Fauzul Kasir (2015.01.036)
3.
Suci Utari (2015.01.110)
4.
Eka Yuliana Putri (2015.01.027)
SEKOLAH
TINGGI ILMU TARBIYAH AL-QUR’AN AL-ITTIFAQIAH
INDRALAYA
OGAN ILIR SUMATERA SELATAN
TAHUN
AKADEMIK 2016/2017
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Persoalan pendidikan adalah sesuatu
yang tidak pernah habis untuk dibahas, selalu ada saja hal-hal yang dapat
diperbincangkan terutama dari segi pelaksanaan pembelajaran. Ada satu hal yang
dalam proses pendidikan di sekolah yang merupakan satu sisi terpenting untuk
mendapatkan hasil maksimal dari prestasi belajar siswa serta menumbuhkan sikap
positif terhadap proses belajarnya yakni persoalan umpan balik (feed back)
dalam pembelajaran.
Dengan umpan balik perkembangan
siswa akan mampu untuk memantau sendiri dengan sukses, memiliki aspirasi yang
lebih tinggi untuk pencapaian yang lebih lanjut, kepuasan pribadi yang lebih
besar, dan kinerja yang lebih tinggi secara keseluruhan.
Pada makalah ini akan dibahas
pengertian, tujuan dan fungsi umpan balik serta teknik bagaimana mendapatkan
umpan balik yang tepat. Diantaranya dengan memancing apersepsi anak didik,
memanfaatkan teknik alat bantu, dan menggunakan metode yang bervasiasi.
1.
Apa
yang dimaksud dengan umpan balik (feed back)?
2.
Apa
tujuan dari umpan balik (feed back)?
3.
Apa
fungsi dari umpan balik (feed back)?
4.
Bagaimana
teknik-teknik mendapatkan umpan balik (feed back)?
1.
Untuk
mengetahui pengertian umpan balik (feed back)
2.
Untuk
mengetahui tujuan dari umpan balik (feed back)
3.
Untuk
mengetahui fungsi dari umpan balik (feed back)
4.
Untuk
mengetahui teknik-teknik mendapatkan umpan balik (feed back)
BAB II
PEMBAHASAN
Umpan balik adalah pemberian
informasi yang diperoleh dari tes atau alat ukur lainnya kepada siswa untuk
memperbaiki atau meningkatkan pencapaian atau hasil belajarnya.[1]
Umpan balik tidak akan membantu
belajar jika siswa tidak mengerti bahan yang harus dikuasainya dahulu sebelum
mempelajari hal yang diteskan itu, atau hanya mengerti sedikit atau sama sekali
tidak mengerti isi pelajaran pada waktu tes itu disajikan. Hal ini menunjukkan
pentingnya memeriksa tes siswa dan memperbaiki kesalahannya. Umpan balik dalam
kajian ini adalah pemberian informasi mengenai benar atau tidaknya jawaban siswa
atas soal atau pertanyaan yang diberikan, disertai dengan informasi tambahan
berupa penjelasan letak kesalahan.
Melalui umpan balik seorang siswa
dengan mengetahui sejauh mana bahan yang telah diajarkan dapat dikuasainya
serta dapat mengoreksi kemampuan diri sendiri atau dengan kata lain sebagai
sarana koreksi terhadap kemajuan belajar siswa itu sendiri.[2]
Sedangkan bagi guru, dengan umpan
balik ia dapat mengetahui sejauh mana materi yang di ajarkan telah dikuasai
oleh siswa. Pentingnya umpan balik dalam pembelajaran dikelas berguna untuk
membantu siswa belajar secara berkelompok maupun perorangan mengenai
kemampuannya sehingga dapat melatih suatu keterampilan.
Dengan demikian, dalam usaha
meningkatkan kualitas pendidikan, pemberian umpan balik sangat diperlukan terlebih
jika ditinjau dari penerapan konsep belajar tuntas (mastery learning)
yang menghendaki semua siswa dapat mencapai tujuan yang dirumuskan secara
maksimal.[3]
Guru perlu mengetahui sejauh mana
bahan yang telah dijelaskan dapat dimengerti siswa, karena disinilah tergantung
apakah ia dapat melanjutkan pelajaran dengan bahan berikutnya. Bila murid belum
mengerti bagian tertentu, guru harus mengulang lagi penjelasaanya. Umpan balik
tidak sama dengan penilaian. Umpan balik hanya bertujuan untuk mencari
informasi sampai dimana siswa mengerti bahan yang telah dibahas.
Guru dapat mengetahui hasil
pelajaran sebelumnya dengan cara:
1.
Lewat
informasi sederhana murid melalui pertanyaan lisan yang diajukan oleh guru
selama atau setelah jam pelajaran.
2.
Lewat
informasi tertulis yang diperoleh melalui ujian singkat.
Setiap umpan balik pengajaran
menentukan isi pelajaran berikutnya, oleh karena itu jelas, bahwa umpan balik
tidak hanya perlu bagi guru tetapi juga perlu bagi siswa.
1.
Fungsi
Informasional
Tes sebagai alat penilaian hasil pencapaian belajar. Dengan
demikian dapat memberikan informasi sejauh mana siswa telah menguasai materi
yang diterimanya dalam proses kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan informasi
ini dapat diupayakan umpan balik pengayaan atau perbaikan.
2.
Fungsi
Motivasional
Dengan pemberian umpan balik, maka tes berfungsi sebagai motivator
bagi siswa untuk belajar. Upaya tersebut antara lain:
a.
Diupayakan
kaitan yang jelas antara prosedur penyajian umpan balik dengan
akibat-akibatnya. Misalnya disampaikan kepada siswa bahwa dengan adanya umpan
balik itu ditetapkan bahwa siswa yang mendapat nilai lebih dari 70 boleh
mengikuti pelajaran selanjutnya. Yang mendapat nilai kurang dari 70 harus mengulangi
materi pelajaran yang diajarkan pada waktu itu.
b.
Menjaga
kerahasiaan pribadi siswa yang menerima umpan balik dengan cara memberikan
komentar atau saran perbaikan langsung dalam kertas pekerjaan siswa.
3.
Fungsi
Komunikasional
Pemberian umpan balik merupakan komunikasi antara siswa dan guru.
Guru menyampaikan hasil evaluasi kepada siswa dan bersama siswa membicarakan
upaya perbaikan jawaban siswa. Dengan demikian melalui umpan balik siswa
mengetahui letak kelemahannya.[4]
Untuk mendapatkan umpan balik dari
anak didik diperlukan beberapa teknik yang sesuai dan tepat dengan diri setiap
anak didik sebagai makhluk individual, teknik-teknik tersebut antara lain:[5]
1.
Memancing
Apersepsi Anak Didik
Anak didik adalah orang yang memiliki kepribadian dengan ciri-ciri
yang khas sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhannya. Latar belakang
kehidupan sosial anak penting untuk diketahui oleh guru. Sebab dengan
mengetahui dari mana anak berasal, dapat membantu guru untuk memahami jiwa
anak. Pengalaman apa yang dipunyai anak adalah hal yang sangat membantu untuk
memancing perhatian anak. Anak biasanya senang membicarakan hal-hal yang
menjadi kesenangannya.
Pengalaman anak mengenai bahan pelajaran yang telah diberikan
merupakan bahan apersepsi yang dipunyai oleh anak. Pengalaman atau pengetahuan
anak tersebut dapat dimanfaatkan untuk memancing perhatian anak tehadap bahan
pelajaran yang akan diberikan, sehingga anak terpancing untuk memperhatikan
penjelasan guru. Dengan demikian, usaha guru menghubungkan pengetahuan yang
telah dimiliki anak didik dengan pengetahuan yang masih relevan yang akan
diberikan, merupakan teknik untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik dalam
pengajaran.
Bahan apersepsi sangat membantu anak didik dalam usaha mengolah
kesan-kesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru.
2.
Memanfaatkan
Teknik Alat Bantu
Bahan pelajaran adalah isi yang disampaikan oleh guru dalam proses
belajar mengajar. Bahan yang akan disampaikan oleh guru itu bermacam-macam sifatnya,
mulai dari yang mudah, sedang, sampai ke yang sulit. Tinjauan mengenai sifat
bahan ini dikarenakan dalam setiap kali proses belajar mengajar berlangsung ada
diantara anak didik yang kurang mampu memproses atau mengolah bahan dengan
baik, sehingga pengertian pun sulit didapatkan. Inteligensi adalah faktor lain
yang menyebabkannya sulit dipahami penjelasan guru juga menjadi faktor
penyebabnya. Guru yang menyadari kelemahan dirinya untuk menjelaskan isi dari
bahan pelajaran yang disampaikan sebaiknya memanfaatkan alat bantu untuk
membantu memperjelas isi dari bahan. Dalam dunia pengajaran dan pembelajaran,
alat bantu yang dimaksud biasanya disebut media dalam pembelajaran itu sendiri.
Alat bantu dapat dimanfaatkan sebagai teknik yang jitu untuk
meningkatkan perhatian anak didik terhadap bahan pelajaran yang disampaikan
oleh guru. Umpan balik pun terjadi seiring dengan proses belajar anak didik
yang berkelanjutan.[6]
Dalam bidang pendidikan, Association for Educational Communications
and Technology (AECT), yaitu suatu asosiasi yang bergerak dalam bidang
teknologi komunikasi dan pendidikan, mendefinisikan media sebagai segala bentuk
yang digunakan untuk menyalurkan informasi. Telah disinggung di atas bahwa
penggunaan alat bantu/ media untuk memperjelas bahan pelajaran.
Adapun manfaat dari penggunaan alat bantu/ media dalam pembelajaran
adalah:
a.
Untuk
memperlancar interaksi antara guru dan siswa
b.
Proses
belajar menjadi lebih menarik
c.
Proses
belajar siswa menjadi lebih interaktif
d.
Jumlah
waktu mengajar dapat dikurangi
e.
Meningkatkan
kualitas belajar siswa
f.
Proses
pembelajaran dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja.[7]
3.
Menggunakan
Metode yang Bervariasi
Proses belajar menjadi dewasa ini menuntut seorang guru memiliki
keterampilan atau metode yang beragam agar proses belajar tersebut menyenangkan
dan mampu mengembangkan kemampuan siswanya. Metode merupakan hal yang lebih
penting dari materi yang akan diajarkan.
Menurut DR. Ahmad Tafsir, metode adalah cara yang paling tepat dan
cepat, kata cepat dan tepat disini sering diungkapkan dengan ungkapan efektif
dan efisien. Disini seorang guru harus memilih cara yang efektif dan efisien
dalam mentranformasi dan mengembangkan pengetahuan siswanya dan metode dalam
pembelajaran. Pengajaran yang efektif artinya pengajaran yang dapat dipahami
siswa secara sempurna, dalam hal ini ialah pengajaran yang berfungsi pada
siswa. Berfungsi artinya menjadi milik siswa, pengajaran itu membentuk dan mempengaruhi
pribadinya. Adapun pengajaran cepat adalah pengajaran yang tidak memerlukan
waktu yang lama, artinya pengajaran tersebut difasilitasi alat-alat
pembelajaran yang dapat mempermudah pemahaman siswa terhadap materi yang
diajarkan.[8]
Metode
adalah strategi yang tidak bisa ditinggalkan dalam proses belajar mengajar.
Setiap kali mengajar guru pasti menggunakan metode. Metode yang digunakan itu
tidak sembarangan, melainkan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Penggunaan
metode yang bervariasi dapat menjembatani gaya-gaya belajar anak didik dalam
menyerap bahan pelajaran. Umpan balik dari anak didik akan bangkit sejalan
dengan penggunaan metode mengajar yang sesuai dengan kondisi psikol ogis anak
didik.[9]
BAB III
PENUTUP
1.
Umpan
balik adalah pemberian informasi yang diperoleh dari tes atau alat ukur lainnya
kepada siswa untuk memperbaiki atau meningkatkan pencapaian atau hasil
belajarnya.
2.
Umpan
balik hanya bertujuan untuk mencari informasi sampai dimana siswa mengerti
bahan yang telah dibahas.
3.
Fungsi
Umpan Balik
a.
Fungsi
Informasional.
b.
Fungsi
Motivasional.
c.
Fungsi
Komunikasional.
4.
Teknik
Mendapatkan Umpan Balik
a.
Memancing
Apersepsi Anak Didik, membantu anak didik dalam usaha mengolah kesan-kesan dari
bahan pelajaran yang diberikan oleh guru.
b.
Memanfaatkan
Teknik Alat Bantu, penggunaan alat bantu/ media untuk memperjelas bahan
pelajaran.
c.
Menggunakan
Metode yang Bervariasi, penggunaan metode yang bervariasi dapat menjembatani
gaya-gaya belajar anak didik dalam menyerap bahan pelajaran.
Setelah membaca makalah mengenai
Pengelolaan Pengajaran PAI, diharapkan untuk tidak pernah puas terhadap makalah
yang telah dibuat, karena Pengelolaan Pengajaran PAI memiliki cakupan yang
sangat luas, untuk itu pembaca hendak mencari sumber lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru
dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri.
2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Mustakim, Zaenal.
2009. Strategi dan Metode Pembelajaran. Pekalongan: STAIN Pekalongan
Press.
Silverius, Suke.
1991. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta: PT Grasindo.
Tafsir, Ahmad. 2007.
Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: PT Remaja Rosda Karya.
Usman, Basyiruddin.
2002. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Press.
[1] Suke
Silverius. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. (Jakarta: PT
Grasindo, 1991). Hal: 148.
[2] Syaiful Bahri
Djamarah. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. (Jakarta: PT
Rhineka Cipta, 2000). Hal: 208.
[3] Zaenal
Mustakim. Strategi dan Metode Pembelajaran. (Pekalongan: STAIN
Pekalongan Press, 2009). Hal: 190.
[4] Ibid. Hal:
194-197.
[5] Syaiful Bahri
Djamarah. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006).
Hal: 140-158.
[6] Ibid. Hal:
161-166.
[7] Basyiruddin
Usman. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. (Jakarta: Ciputat Press,
2002). Hal: 70.
[8] Ahmad Tafsir. Metodologi
Pengajaran Agama Islam. (Jakarta: PT Remaja Rosda Karya, 2007). Hal: 34-38.
[9] Syaiful Bahri
Djamarah. Op. Cit. Hal: 177-178.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar