KONSEP DASAR TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Dosen Pengampu: Endang Switri, M.Pd.I
Disusun Oleh: Kelompok I
Semester: IV PAI B
1.
Suci Utari
2.
Fauzul Kasir
3.
Wilda Safitri
4.
Eka Yuliana Putri
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
AL-QUR’AN AL-ITTIFAQIAH
INDRALAYA OGAN ILIR SUMATERA SELATAN
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
………………………………………………...................... i
DAFTAR ISI ………………………………………………………….................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah ………………………………………................... 1
B.
Rumusan
Masalah ………………………………....…………..................... 1
C.
Tujuan
Penulisan ……………………………...................………………… 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Definisi
Teknologi Pendidikan ……………………………......................... 2
B.
Konsep
Dasar Teknologi Pendidikan
........................................................... 5
C.
Tujuan
dan Fungsi Teknologi Pendidikan
................................................... 10
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
…………………………………………………....................... 14
B.
Saran
…………………………………………………………..................... 14
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………….......................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Konsep atau anggitan adalah abstrak, entitas mental yang universal yang menunjuk pada kategori atau kelas dari suatu entitas, kejadian atau hubungan.
Istilah konsep berasal dari bahasa latin conceptum, artinya sesuatu yang
dipahami. Aristoteles dalam "The classical theory of concepts"
menyatakan bahwa konsep merupakan penyusun utama dalam pembentukan pengetahuan
ilmiah dan filsafat pemikiran manusia. Konsep merupakan abstraksi suatu ide
atau gambaran mental, yang dinyatakan dalam suatu kata atau simbol. Konsep
dinyatakan juga sebagai bagian dari pengetahuan yang dibangun dari berbagai macam
kharakteristik.
Landasan adalah tempat berdirinya
sesuatu. Fungsi landasan ialah memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai
dan sekaligus sebagai landasan untuk berdirinya sesuatu. Setiap negara
mempunyai landasan pendidikan sendiri. Ia merupakan pencerminan filsafat hidup
suatu bangsa. Berdasarkan kepada landasan itulah pendidikan suatu bangsa
disusun. Dan oleh karena itu mereka mempunyai filsafah hidup yang berbeda.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
definisi teknologi pendidikan?
2.
Bagaimana
konsep dasar teknologi pendidikan?
3.
Apa
tujuan dan fungsi teknologi pendidikan?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk
mengetahui definisi teknologi pendidikan
2.
Untuk
mengetahui konsep dasar teknologi pendidikan
3.
Untuk
mengetahui tujuan dan fungsi teknologi pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Teknologi Pendidikan
Ada beberapa pendapat tentang apa
yang dimaksud dengan teknologi pendidikan. Istilah yang digunakan dalam bahasa
Inggris adalah instructional technology atau educational technology.
Salah satu pendapat ialah bahwa instructional technology means the media
born of the communications revolution which can be used for instructional
purpose alongside the teacher, the book, and the blackboard (Commision on
Instructional Technology dalam Norman Beswick, Resource – Based learning, 1977
hlm. 39). Jadi yang diutamakan ialah media komunikasi yang berkembang secara
pesat sekali yang dapat dimanfaatkan dalam pendidikan. Alat-alat teknologi ini
lazim disebut “hardware” antara lain berupa TV, radio, video tape, komputer,
dan lain-lain.
Di lain pihak ada pendapat bahwa
teknologi pendidikan adalah pengembangan, penerapan dan penilaian
sistem-sistem, teknik dan alat bantu untuk memperbaiki dan meningkatkan proses
belajar manusia. Di sini diutamakan proses belajar itu sendiri di samping
alat-alat yang dapat membantu proses belajar itu. Jadi teknologi pendidikan itu
mengenai software maupun hardwarenya, Software antara lain
menganalisis dan mendesain urutan atau langkah-langkah belajar berdasarkan
tujuan yang ingin dicapai dengan metode penyajian yang serasi serta penilaian
keberhasilannya.
Ada pula yang berpendapat bahwa
teknologi pendidikan adalah pemikiran yang sistematis tentang pendidikan,
penerapan metode problem solving dalam pendidikan, yang dapat dilakukan
dengan alat-alat komunikasi modern, akan tetapi juga tanpa alat-alat itu.
Pada hakikatnya teknologi pendidikan
adalah suatu pendekatan yang sistematis dan kritis tentang pendidikan.
Teknologi pendidikan memandang soal mengajar dan belajar sebagai masalah atau
problema yang harus dihadapi secara rasional dan ilmiah.
Istilah teknologi berasal
dari bahasa Yunani technologia yang menurut Webster Dictionary berarti systematic
treatment atau penanganan sesuatu secara sistematis, sedangkan techne
sebagai dasar kata teknologi berarti art, skill, science atau keahlian,
keterampilan ilmu. Jadi “teknologi pendidikan” dapat diartikan sebagai pegangan
atau pelaksanaan pendidikan secara sistematis, menurut sistem tertentu yang
akan dijelaskan kemudian.[1]
Apakah bedanya dengan metodologi
pengajaran yang juga menginginkan pengajaran menurut metode atau sistem
tertentu? Ada yang menafsirkan teknologi pendidikan sebagai suatu cara mengajar
yang menggunakan alat-alat teknik modern yang sebenarnya dihasilkan bukan
khusus untuk keperluan pendidikan akan tetapi dapat dimanfaatkan dalam
pendidikan seperti radio, film opaque projector, overhead projector, TV, video
taperecorder, komputer, dan lain-lain. Alat-alat ini dalam metodologi
pengajaran lazim disebut alat peraga, alat pengajaran audio visual aids atau
instructional aids. Dalam teknologi pendidikan alat-alat itu disebut
“hardware”. Alat-alat itu besar manfaatnya namun bukan merupakan inti atau
hakikat teknologi pendidikan. Alat-alat itu sendiri itu tidak mengandung arti
pendidikan. Alat-alat itu baru bermanfaat bila dikaitkan dengan suatu pelajaran
atau program. Program itu lazim disebut software. Yang merupakan
tenologi pendidikan adalah programnya yang harus disusun menurut
prinsip-prinsip tertentu. Teknologi pendidikan dapat diselenggarakan tanpa
alat-alat teknologi modern seperti dikatakan tersebut diatas.[2]
Ada orang beranggapan bahwa segala
macam metodologi pengejaran termasuk teknologi pendidikan seperti ceramah,
diskusi, seminar dan sebagainya. Apakah pendapat itu benar atau tidak
bergantung pada penilaian hingga manakah metode-metode itu memenuhi ciri-ciri
teknologi pendidikan, antara lain:
1.
Merumuskan
tujuan dengan teliti dan spesifik dalam bentuk kelakuan yang dapat diamati,
sehingga dapat diukur keberhasilan tercapainya tujuan itu.
2.
Meneliti
pengetahuan keterampilan, dan sikap yang telah dimiliki anak- didik yaitu entry
behaviour (dahulu lazim disebut bahan apersepsi) sebagai dasar
pelajaran baru sehingga diketahui kemajuan yang dicapai berkat proses
belajar-mengajar.
3.
Menganalisis
bahan pelajaran yang akan disajikan dalam bagian-bagian yang dapat dipelajari
dengan mudah.
4.
Berdasarkan
analisis bahan pelajaran menentukan:
a.
Urutan
mempelajari bahan itu agar tercapai hasil belajar yang optimal.
b.
Strategi
yang paling tepat untuk menyampaikan atau menyajikan bahan itu.
5.
Menguji-coba
program itu untuk menentukan kelemahannya.
6.
Mengadakan
perubahan, perbaikan atau revisi untuk meningkatkan mutu program itu.
Bagi teknologi pendidikan alat-alat yang dihasilkan oleh teknologi
pendidikan, seperti alat-alat audio-visual bukan esensial. Tanpa alat-alat itu
pun teknologi pendidikan tetap dapat dilaksanakan.
Berdasarkan kenyataan alat-alat pendidikan, yakni alat audio
visual, betapapun modernnya tidak dengan sendirinya mempermudah cara belajar
atau memperdalam dan memperluas hasil belajar itu. Dengan alat-alat itu tidak
secara otomatis pelajaran yang diberikan akan bermutu tinggi.
Teknologi pendidikan bersikap skeptis yakni menyangsikan
kebenaran prinsip-prinsip mengajar atau asas-asas didaktik sebelum diperoleh
bukti akan kebenarannya. Teknologi pendidikan merupakan suatu ekspresi dari scientific
movement atau gerakan ilmiah yang telah dirintis oleh Aristoteles.[3]
Menurut Iskandar Alisyahbana (1980) teknologi telah dikenal manusia
sejak jutaan tahun yang lalu, karena dorongan untuk hidup yang lebih nyaman,
lebih makmur, dan lebih sejahtera. Jadi sejak awal peradaban, sebenarnya telah
ada teknologi, meskipun istilah teknologi “teknologi” belum digunakan. Istilah
“teknologi” berasal dari “techne” atau cara dan “logos” atau
pengetahuan. Jadi, secara harfiah teknologi dapat diartikan dengan pengetahuan
tentang cara. Pengertian teknologi sendiri menurutnya adalah “cara melakukan
sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan akal, sehingga
seakan-akan memperpanjang, memperkuat atau membuat lebih ampuh anggota tubuh,
panca indra, dan otak manusia.
Beberapa ahli lain berpendapat sebagai berikut: Jaques Ellul (1967:
xxv) memberi arti teknologi sebagai “keseluruhan metode yang secara rasional
mengarah dan memiliki ciri efisiensi dalam setiap bidang kegiatan manusia”.
Sedangkan Baiquni (1979:49) mengartikan teknologi sebagai”hasil penerapan
sistematik dari sains, yang merupakan himpunan rasionalitas insani kolektif,
untuk memanfaatkan hidup dan mengendalikan gejala-gejala di dalam proses
produktif yang ekonomis”.[4]
AECT dalam buku The Definition of Educational Technology
(1977) mengutip pendapat Hoban yang menyatakan bahwa, “Teknolgi bukanlah
sekadar mesin dan orang. Teknologi merupakan perpaduan yang kompleks dari
organisasi manusia dan mesin, ide, prosedur, dan pengelolaan”. Sedangkan Finn
dikutip dengan pernyataannya bahwa, “Teknologi mencakup proses, sistem,
pengelolaan, dan mekanisme kontrol, baik yang mengangkut manusia maupun bukan
manusia, dan lebih dari itu adalah merupakan suatu cara memandang permasalahan
ditinjau dari sudut kepentingan kesulitan, kelayakan teknis pemecahannya, dan
nilai ekonomi”.
Teknologi merupakan sistem yang diciptakan oleh manusia untuk
sesuatu tujuan tertentu. Ia merupakan perpanjangan dari kemampuan manusia. Ia
dapat kita pakai untuk menambah kemampuan kita menyajikan pesan,memproduksi
barang lebih cepat dan lebih banyak, meproses data lebih banyak, memberikan
berbagai macam kemudahan, serta untuk mengelola proses maupun orang.
Teknologi dapat dibedakan menjadi dua macam. Yang pertama dan yang
lazim kita kenal adalah teknologi fisik atau mekanik yang ditandai oleh mesin,
alat, dan perangkatnya. Yang kedua kurang sekali sebagai teknologi, yaitu
teknologi sosial yang merupakan tatanan atau acuan yang ditetapkan oleh orang
lain dalam mengorganisasikan manusia dan lingkungannya, serta hal-hal yang
mengatur tugas, fungsi, wewenang, dan kekuasaan.[5]
B.
Konsep Dasar Teknologi Pendidikan
1.
Perkembangan Konsep Teknologi Pendidikan
Pengertian teknologi pendidikan
tidak terlepas dari pengertian teknologi secara umum. Pengertian teknologi yang
utama adalah proses yang meningkatkan nilai tambah. Proses tersebut menggunakan
dan atau menghasilkan suatu produk tertentu. Produk yang digunakan dan atau
dihasilkan tidak terlepas dari produk lain yang telah ada, dan karena itu
menjadi bagian integral dari suatu sistem. Jadi dalam pengertian umum tentang
teknologi, alat atau sarana baru yang khusus diperlukan tidak menjadi syarat
yang mutlak harus ada, karena alat atau sarana itu telah ada sebelumnya.
Dalam bidang pendidikan atau
pembelajaran, teknologi juga harus memenuhi ketiga syarat tersebut: proses,
produk, dan sistem. Kecuali memenuhi syarat umum teknologi, teknologi
pendidikan juga harus membuktikan dirinya sebagai duatu bidang kajian atau
disiplin keilmuan yang berdiri sendiri. Perkembangan sebagai disiplin keilmuan
tersebut dilandasi oleh serangkaian dalil atau dasar yang menjadi patokan
pembenaran. Secara falsafi dasar keilmuan itu meliputi ontologi atau
rumusan tentang gejala pengamatan yang dibatasi pada suatu pokok telaah khusus
yang tidak tergarap oleh bidang telaah lain; epistemologi, yaitu usaha
atau prinsip intelektual untuk memperoleh kebenaran dalam pokok telaah yang
ditemukan; dan aksiologi atau nilai-nilai yang menentukan kegunaan dari
pokok telaah yang ditentukan, yang mempersoalkan nilai moral (etika) dan nilai
seni serta keindahan atau estetika.
Objek formal teknologi pendidikan
adalah “belajar” pada manusia, baik secara pribadi maupun yang tergabung dalam
organisasi. Belajar itu tidak hanya berlangsung dalam lingkup persekolahan
ataupun pelatihan. Belajar itu ada di mana saja dan oleh siapa saja, dengan
cara dan sumber apa saja yang sesuai dengan kondisi dan keperluan.[6]
2.
Landasan Pendidikan
a.
Landasan
Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna
atau hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti:
Apakah pendidikan itu, mengapa pendidikan itu diperlukan, apa yang seharusnya
menjadi tujuannya, dan sebagainya. Landasan filosofis adalah landasan yang
berdasarkan atau bersifat filsafat (filsafat, filsafah). Berfilsafat artinyan
menelaah sesuatu secara radikan, menyeluruh, dan konseptual yang menghasilkan
konsepsi-konsepsi mengenai kehidupan dan dunia.
Tinjauan filosofis tentang kehidupan dan dunia termasuk dunia
pendidikan, berarti berpikir bebas serta merentang pikiran sampai
sejauh-jauhnya tentang sesuatu itu. Penggunaan istilah sampai dapat dalam dua
pendekatan, yakni:
1)
Filsafat
sebagai kelanjutan dari berpikir ilmiah, yang dapat dilakukan oleh setiap orang
serta sangat bermanfaat dalam memberi makna kepada ilmu pengetahuannya itu.
2)
Filsafat
sebagai kajian khusus yang formal, yang mencakup logika, epistemologi (tentang
benar dan salah), etika (tentang baik dan buruk), estetika (tentang indah dan
jelek), metafisika (tentang hakikat yang “ada” termasuk akal itu sendiri),
serta sosial dan politik (filsafat pemerintahan).[7]
Disamping itu berkembang pula cabang filsafat yang mempunyai bidang
kajian yang spesifik, seperti filsafat ilmu, filsafat hukum, filsafat
pendidikan, dan sebagainya. Landasan filosofis terhadap pendidikan dikaji
terutama melalui filsafat pemdidikan, yang mengkaji masalah sekitar
kependidikan dengan pendekatan filosofis.
b.
Landasan
Historis
Faktor sejarah dianggap sebagai faktor budaya yang paling penting
yang telah dan tetap mempengaruhi sistem prndidikan pada masyarakat manapun
juga kepribadian nasional. Misalnya yang menjadi dasar filsafat pendidikan di
berbagai masyarakat haruslah “berlaku jauh ke masa lampau, walaupun
sistem-sistemnya adalah hasil pemerintahan revolusioner, yang didirikannya
dengan sengaja untuk mengembangkan dan memperbaiki pola-pola warisan budaya
dari umat dan rakyat. Ini adalah karena warisan budaya suatu bangsa sukar
dikalahkan atau dihilangkan dengan segera. Malah gerakan revolusi yang paling
keras pun harus menyesuaikan prinsip-psinsip dan pemikiran-pemikiran yang baru,
dengan situasi dan kondisi sejarah dan budaya yang sedang wujud. Oleh sebab
itu, sistem pendidikan nasional berakar tunjang pada masa lampau dan berbatang
serta bercabang dengan dunia hari ini dan hari esok”.
Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia bukanlah muncul begitu saja
tetapi ia merupakan mata rantai yang sambung menyambung dari cita-cita dan
praktek-praktek pendidikan pada masa lampau baik yang tersurat maupun yang
tersirat. Landasan historis tersebut dapat dibedakan dalam empat tonggak
sejarah.
1)
Pendidikan
Tradisional, yaitu penyelenggaraan pendidikan di nusantara yang dipengaruhi oleh
agama-agama besar didunia, yaitu: Islam, Hindu, Buddha, dan Kristen (Katolik
dan Protestan).
2)
Pendidikan
Kolonial Barat, yaitu penyelenggaraan pendidikan di nusantara Indonesia oleh
Kolonial Barat terutama Belanda.
3)
Pendidikan
kolonial Jepang, yaitu penyelenggaraan
pendidikan di nusantara Indonesia oleh Pemerintahan Kolonial Jepang.
4)
Pemikiran-pemikiran
Tokoh pendidikan yang hidup dalam rintangan sejarah.[8]
c.
Landasan
Psikologis
Pemahaman terhadap aspek kejiwaan peserta didik merupakan suatu
keniscayaan. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat
dibutuhkan penerapannya dalam pendidikan.
Diantara aspek psikologis yang perlu diketahui oleh pendidik
adalah:
1)
Perbedaan
Individu
Perbedaan individual terjadi karena adanya perbedaan dari berbagai aspek
kejiwaan antar peserta didik, bukan hanya yang berkaitan dengan kecerdasan dan
bakat, tetapi juga perbedaan pengalaman dan tingkat perkembangan, perbedaan
aspirasi dan cita-cita, bahkan perbedaan kepribadian secara keseluruhan. Oleh
karena itu, pemahaman hal-hal tersebut akan sangat penting bagi pendidikan
bukan hanya tentang ciri-ciri perbedaannya, tetapi juga perkembangan dan
faktor-faktor penyebabnya, bagaimana cara-cara penanganannya, dan sebagainya.
2)
Perubahan
Individu
Lingkungan manusia terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan
sosial. Lingkungan fisik adalah segala sesuatu yang ada di sekitar anak selain
manusia, sedangkan lingkungan sosial adalah semua orang yang ada dalam dunia
kehidupan anak yakni orang yang bergaul dengan anak, melakukan kegiatan bersama
atau bekerjasama. Tugas pendidikan yang terutama adalah memberikan bimbingan
agar pertumbuhan anak dapat berlangsung secara wajar dan optimal.[9]
3)
Kebutuhan
Psikis
Dengan adanya kebutuhan psikis manusia tentunya menuntut pendidik
untuk memenuhi kebutuhan tersebut agar dapat meningkatkan motivasi peserta
didik dalam pembelajaran. Diantaranya kebutuhan psikis yang harus dipenuhi oleh
peserta didik adalah:
a)
Kebutuhan
akan rasa kasih sayang
b)
Kebutuhan
akan rasa nyaman
c)
Kebutuhan
akan penghargaan
d)
Kebutuhan
akan rasa bebas
e)
Kebutuhan
akan rasa sukses
f)
Kebutuhan
akan rasa ingin tahu.
Tidak terpenuhinya kebutuhan ini
akan mengganggu proses pembelajaran.
d.
Landasan
Sosial
Semua usaha pendidikan harus didasarkan pada kenyataan yang
terdapat di dalam masyarakat (realitas sosial) misalnya di dalam masyarakat
yang sedang membangun maka usaha pembangunan sebagai realitas sosial ini harus
dijadikan dasar pendidikan.
Dasar-dasar sosial sebagai suatu rumpun masalah pendidikan
merupakan bidang studi sosiologi pendidikan. Hubungan sekolah dengan
masyarakat, yang melandaskan diri pada dasar pemikiran bahwa peranan sekolah
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat yang cepat berubah.
Dasar pemikiran tersebut akan memberikan pengertian yang jelas
tentang faktor-faktor sosial, atau sumber-sumber sosial dan problema pendidikan
saat ini. Bidang studi ini juga menuntut penggunaan metode objektif dalam
menyelesaikan problema pendidikan.
Dengan demikian berarti sekolah adalah lembaga sosial dan
bersama-sama dengan lembaga sosial lain seperti keluarga, kelompok-kelompok
sosial, kelompok agama, ekonomi dan politik merupakan sistem sosial yang selalu
dalam keadaan mengadakan interaksi.[10]
e.
Landasan
Religius
1)
Landasan
Tauhid
Tauhid merupakan landasan utama dalam aspek kehidupan manusia,
termasuk aspek pendidikan. Menurut Muhammad Fazlul Rahman Anshari, tauhid
sebagai filsafat dan pandangan hidup umat Islam meliputi konsep ketauhidan
Allah, ketauhidan alam semesta dalam hubungan Allah dengan kosmos, ketauhidan
kehidupan, ketauhidan natural dan supernatural, ketauhidan pengetahuan,
ketauhidan iman dan ration, ketauhidan kebenaran, ketauhidan agama, ketauhidan
cita dan hukum, ketauhidan umat, ketauhidan mengenai jenis kelamin laki-laki
dan perempuan, ketahuidan kepribadian manusia, ketauhidan mengenai kebebasan
dan diterminisme, ketuhidan dalam term politik, ketauhidan dalam pendidikan,
ketauhidan dalam dasar kebudayaan dan ketauhidan dalam dasar satu cita ideal.
Dengan demikian, maka tauhid merupakan landasan dalam pendidikan.
Tanpa landasan tauhid pendidikan tidak dapat dilaksanakan secara holistik.
Tanpa tauhid pendidikan akan melahirkan manusia-manusia musyrik, munafik, bahkan
atheis.
2)
Landasan
Etik dan Moral
Landasan tauhid akan berdiri dengan kokoh apabila diletakkan secara
bersama landasan moral yang kuat. Al-Qur’an memberikan bimbingan dengan
memerintahkan manusia melaksanakan ibadah, latihan spiritual berupa zikrullah,
dan berperilaku dengan akhlak al-karimah. Oleh karena itu al-Qur’an
dengan tegas memerintahkan manusia supaya melaksanakan “amar ma’ruf nahi
munkar”, memerintahkan manusia melaksanakan ibadah, menghormati sesama
manusia, menyayangi makhluk lainnya serta berhias diri dengan akhlaq
al-mahmudah dan menghilangkan dari akhlaq al-mazmumah. Manusia yang
seperti itu disebut dengan “Insan Kamil” (Manusia Paripurna) dan manusia
seperti inilah yang harus dihasilkan oleh lembaga pendidikan.[11]
C.
Tujuan dan Fungsi Teknologi Pendidikan
1.
Tujuan Teknologi Pendidikan
Masalah
dasar dan tujuan pendidikan adalah merupakan suatu masalah yang sangat
fondamentil dalam pelaksanaan pendidikan. Sebab dari dasar pendidikan itu akan
menentukan corak dan isi pendidikan. Dan dari tujuan pendidikan itu akan
menentukan ke arah mana anak didik itu dibawa.
Masalah pendidikan adalah merupakan
masalah yang sangat penting dalam kehidupan. Bukan saja sangat penting, bahkan
masalah pendidikan itu sama sekali tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Baik
dalam kehidupan keluarga, maupun dalam kehidupan bangsa dan negara. Maju
mundurnya suatu bangsa sebagian besar ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan
di negara itu.[12]
Mengingat pentingnya pendidikan itu
bagi kehidupan bangsa dan negara, maka hampir seluruh negara di dunia ini
menangani secara langsung masalah-masalah yang berhubungan dengan pendidikan.
Dalam hal ini masing-masing negara itu menentukan sendiri dasar dan tujuan
pendidikan di negaranya. Masing-masing bangsa mempunyai pandangan hidup
sendiri-sendiri, yang berbeda satu dengan yang lain.
Menurut sejarah: bangsa Yunani
tujuan pendidikannya ialah ketentraman. Mereka berpendapat, bahwa berperang
adalah suatu perkara yang sangat penting untuk kemuslihatan hidupnya atau
dunianya. Oleh karena itu mereka sangat mementingkan pendidikan jasmani, agar
badan menjadi sehat, kuat dan tangkas, serta siap menghadapi peperangan.
Adapun menurut Islam, tujuan
pendidikan ialah membentuk manusia supaya sehat, cerdas, patuh dan tunduk
kepada perintah Tuhan serta menjauhi larangan-larangan-Nya. Sehingga ia dapat
berbahagia hidupnya lahir bathin, dunia akhirat. Dan masih banyak lagi
tujuan-tujuan pendikan menurut keinginan bangsanya sendiri-sendiri. Pada
umumnya tiap-tiap bangsa dan negara sependapat tentang pokok-pokok tujuan
pendidikan, yaitu: mengusahakan supaya tiap-tiap orang sempurna pertumbuhan
tubuhnya, sehat otaknya, baik budi pekertinya dan sebagainya. Sehingga ia dapat
mencapai puncak kesempurnaannya dan berbahagia hidupnya lahir bathin.
Di atas telah disebutkan bahwa dasar
pendidikan akan menentukan corak dan isi pendidikan. Dan isi pendidikan itu
adalah tidak lain dari pada kurikulum. Kurikulumlah yang merupakan alat
pembentukan. Dengan demikian, maka dasar pendidikan itu menentukan corak isi
dari kurikulum.[13]
Tujuan pendidikan adalah mengubah anak, yaitu caranya berfikir
merasa, berbuat, jadi mengubah kelakuan. Kurikulum disusun untuk mendorong anak
berkembang ke arah tujuan itu. Sudah selayak pendidik maupun anak didik harus
tahu apa yang harus dicapai. Atau tegasnya harus diketahui dengan jelas apa
yang dapat dilkukan sebelum ia mempelajarinya. Adanya tujuan yang jelas
sekaligus memberikan ukuran tentang keberhasilan pelajaran. Bila tujuan itu
tidak dapat tercapai maka ada kekurangan dalam proses mengajar-belajar itu.
Secara empiris dapat dicari melalui percobaan, cara manakah yang paling serasi
untuk mencapai hasil yang ditentukan. Dengan pendekatan teknologi pendidikan
kita dapat menggunakan metode ilmiah untuk menguji-cobakan hipotesis-hipotesis
tentang cara yang paling efektif guna mencapai suatu tujuan yang telah
ditentukan. Usaha ini pada hakikatnya tidak berbeda dengan metode pemecahan
masalah (method of problem solving) yang dilakukan dalam bidang ilmu
lainnya.[14]
Dalam garis besarnya, langkah-langkah yang diikuti dalam metode
teknologi pendidikan adalah:
a.
Merumuskan
tujuan yang jelas yang harus dicapai yang dapat dipandang sebagai masalah.
b.
Menyajikan
pelajaran menurut cara yang dianggap serasi yang kita pandang sebagai
“hipotesis” yang perlu dites.
c.
Menilai
hasil pelajaran untuk menguji hipotesis itu.
d.
Mencari
perbaikan andaikan hasilnya belum memenuhi syarat atau standar yang ditentukan
dan melangsungkan percobaan dengan cara lain sampai tercapai apa yang
diharapkan.
Tampaknya, dasar-dasar teknologi
pendidikan ini sederhana saja dan tidak mengungkapkan sesuatu yang
revolusioner. Guru-guru yang baik banyak sedikit telah melakukannya. Mereka
juga berusaha mencapai hasil sesuai dengan tujuan pelajaran yang ditentukan
dengan cara penyajian yang paling serasi berdasarkan metode pelajaran,
asas-asas didaktik serta pengalaman sebagai guru dan kemudian menilai hasil
belajar murid sebagai petunjuk tentang efektivitasnya.mengajar.
Teknologi pendidikan mengharuskan
guru merumuskan tujuan yang jelas memikirkan metode yang dianggapnya paling
efektif untuk memilih metode yang tepat. Banyak guru yang masuk kelas tanpa
mengetahui dengan jelas apa yang ingin dicapainya dalam jam pelajaran itu.
Tanpa tujuan yang jelas kita tidak akan tahu kemana kita pergi dan apakah kita
sampai ke tempat yang kita harapkan.
Selanjutnya teknologi pendidikan
menuntut agar diadakan penilaian yang segera tentangg apa yang telah
dipelajari. Banyak guru yang melakukan penilaian hanya beberapa kali dalam satu
semester dalam bentuk ulangan. Penilaian yang segera setelah pelajaran,
memberikan keterangan tentang prestasi anak dan sekaligus tentang kemampuan metode
penyajian guru.
Penilaian itu berfungsi sebagai:
a.
Alat
mengukur hasil belajar murid.
b.
Alat
bagi guru untuk menilai efektivitasnya mengajar
c.
Titik
tolak untuk memperbaiki prestasi anak dengan menganalisis kesalahan-kesalahan
yang mereka perbuat serta memperbaiki metodenya mengajar.[15]
Bila guru menerapkan prinsip-prinsip
teknologi pendidikan secara konsekuen, maka terbuka baginya jalan untuk
memperbaiki mutunya sebagai guru, ia akan memandang proses mengajar belajar
sebagai problema yang tak berkesudahan yang dihadapinya secara obyektif dan
ilmiah. Dengan sikap serta usaha demikian mengajar akan dapat dikembangkan dan
ditingkatkan menjadi propesi dalam arti yang sebenarnya.
2.
Fungsi Pendidikan
Fungsi pendidikan dalam arti mikro (sempit) ialah membantu (secara
sadar) perkembangan jasmani dan rohani peserta didik. Fungsi pendidikan secara
makro (luas) ialah sebagai alat:
a.
Pengembangan
pribadi
b.
Pengembangan
warga negara
c.
Pengembangan
bangsa.
Pada prinsipnya mendidik ialah memberi tuntunan, bantuan,
pertolongan kepada pserta didik. Di dalam pengertian memberi tuntunan telah
tersimpul suatu dasar pengakuan bahwa anak (pihak yang diberi tuntunan)
memiliki daya-daya (potensi) untuk berkembang. Potensi ini secara
berangsur-angsur tumbuh dan berkembang dari dalam diri anak. Untuk menjamin
berkembangnya potensi-potensi agar menjadi lancar dan terarah, diperlukan
pertolongan, tuntunan dari luar. Jika unsur pertolongan tidak ada, maka potensi
tersebut tetap tinggal potensi belaka yang tak sempat diaktualisasikan.[16]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Pada
hakikatnya teknologi pendidikan adalah suatu pendekatan yang sistematis dan
kritis tentang pendidikan. Teknologi pendidikan memandang soal mengajar dan
belajar sebagai masalah atau problema yang harus dihadapi secara rasional dan
ilmiah.
2.
Pengertian
teknologi pendidikan tidak terlepas dari pengertian teknologi secara umum.
Pengertian teknologi yang utama adalah proses yang meningkatkan nilai tambah.
Proses tersebut menggunakan dan atau menghasilkan suatu produk tertentu.
Landasan pendidikan yaitu: landasan filosofis, historis, psikologis, sosial,
dan religius.
3.
a.
menurut Islam, tujuan pendidikan ialah membentuk manusia supaya sehat, cerdas,
patuh dan tunduk kepada perintah Tuhan serta menjauhi larangan-larangan-Nya.
Sehingga ia dapat berbahagia hidupnya lahir bathin, dunia akhirat.
b.
Fungsi
pendidikan dalam arti mikro (sempit) ialah membantu (secara sadar) perkembangan
jasmani dan rohani peserta didik. Fungsi pendidikan secara makro (luas) ialah
sebagai alat:
1)
Pengembangan
pribadi
2)
Pengembangan
warga negara
3)
Pengembangan
bangsa.
B.
Saran
Setelah membaca makalah mengenai
konsep dasar teknologi pendidik, diharapkan untuk tidak pernah puas terhadap
makalah yang dibuat, karena teknologi pendidikan memiliki cakupan yang sangat
luas, untuk itu pembaca hendak mencari sumber lain.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu., & Nur Uhbiyati. 2001. Ilmu
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Ihsan, Fuad. 2013. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Miarso, Yusufhadi. 2005. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan.
Jakarta: Kencana.
Nasution. 2005. Teknologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Ramayulis. 2015. Dasar-Dasar Kependidikan (Suatu Pengantar Ilmu
Pendidikan). Jakarta Pusat: Kalam Mulia.
[1] Nasution. Teknologi
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2005. Hlm. 1-2.
[2] Ibid. Hlm. 2.
[3] Ibid. Hlm.
3-4.
[4] Yusufhadi
Miarso. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana. Cet. Ke-2. 2005.
Hlm. 131.
[5] Ibid. Hlm.
132.
[6] Ibid. Hlm. 62.
[7] Ramayulis. Dasar-Dasar
Kependidikan (Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan). Jakarta pusat: Kalam Mulia.
2015. Hlm. 35-36.
[8] Ibid. Hlm. 41.
[9] Ibid. Hlm.
42-43.
[10] Ibid. Hlm.
43-44.
[11] Ibid. Hlm. 48.
[12] Abu Ahmadi dan
Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2001. Hlm. 98.
[13] Ibid. Hlm.
99-100.
[14] Op. Cit.
Nasution. Hlm. 9.
[15] Op. Cit. Hlm.
10-11.
[16] Fuad Ihsan. Dasar-Dasar
Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2013. Hlm. 11.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar