Assalamu'alaikum.. Selamat Datang di Blog Suci Utari.. Selamat Membaca, Semoga Dapat Memberikan Manfaat.. Mohon Kritik dan Sarannya ^_^

Minggu, 07 Mei 2017

KONSEP DASAR TEKNOLOGI PENDIDIKAN

KONSEP DASAR TEKNOLOGI PENDIDIKAN



Dosen Pengampu: Endang Switri, M.Pd.I
Disusun Oleh: Kelompok I
Semester: IV PAI B
1.      Suci Utari                  
2.      Fauzul Kasir             
3.      Wilda  Safitri            
4.      Eka Yuliana Putri    


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-QUR’AN AL-ITTIFAQIAH
INDRALAYA OGAN ILIR SUMATERA SELATAN
TAHUN AKADEMIK 2016/2017




DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL  ………………………………………………......................             i
DAFTAR ISI …………………………………………………………....................            ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah ………………………………………...................             1
B.     Rumusan Masalah ………………………………....………….....................            1
C.     Tujuan Penulisan ……………………………...................…………………            1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Definisi Teknologi Pendidikan …………………………….........................             2
B.     Konsep Dasar Teknologi Pendidikan ...........................................................                         5
C.     Tujuan dan Fungsi Teknologi Pendidikan ...................................................              10
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ………………………………………………….......................             14
B.     Saran ………………………………………………………….....................             14
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………..........................            15









BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Konsep atau anggitan adalah abstrak, entitas mental yang  universal yang menunjuk pada kategori atau kelas dari suatu entitas, kejadian atau hubungan. Istilah konsep berasal dari bahasa latin conceptum, artinya sesuatu yang dipahami. Aristoteles dalam "The classical theory of concepts" menyatakan bahwa konsep merupakan penyusun utama dalam pembentukan pengetahuan ilmiah dan filsafat pemikiran manusia. Konsep merupakan abstraksi suatu ide atau gambaran mental, yang dinyatakan dalam suatu kata atau simbol. Konsep dinyatakan juga sebagai bagian dari pengetahuan yang dibangun dari berbagai macam kharakteristik.
Landasan adalah tempat berdirinya sesuatu. Fungsi landasan ialah memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai dan sekaligus sebagai landasan untuk berdirinya sesuatu. Setiap negara mempunyai landasan pendidikan sendiri. Ia merupakan pencerminan filsafat hidup suatu bangsa. Berdasarkan kepada landasan itulah pendidikan suatu bangsa disusun. Dan oleh karena itu mereka mempunyai filsafah hidup yang berbeda.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa definisi teknologi pendidikan?
2.      Bagaimana konsep dasar teknologi pendidikan?
3.      Apa tujuan dan fungsi teknologi pendidikan?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui definisi teknologi pendidikan
2.      Untuk mengetahui konsep dasar teknologi pendidikan
3.      Untuk mengetahui tujuan dan fungsi teknologi pendidikan


                                                                           
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Definisi Teknologi Pendidikan
Ada beberapa pendapat tentang apa yang dimaksud dengan teknologi pendidikan. Istilah yang digunakan dalam bahasa Inggris adalah instructional technology atau educational technology. Salah satu pendapat ialah bahwa instructional technology means the media born of the communications revolution which can be used for instructional purpose alongside the teacher, the book, and the blackboard (Commision on Instructional Technology dalam Norman Beswick, Resource – Based learning, 1977 hlm. 39). Jadi yang diutamakan ialah media komunikasi yang berkembang secara pesat sekali yang dapat dimanfaatkan dalam pendidikan. Alat-alat teknologi ini lazim disebut “hardware” antara lain berupa TV, radio, video tape, komputer, dan lain-lain.
Di lain pihak ada pendapat bahwa teknologi pendidikan adalah pengembangan, penerapan dan penilaian sistem-sistem, teknik dan alat bantu untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar manusia. Di sini diutamakan proses belajar itu sendiri di samping alat-alat yang dapat membantu proses belajar itu. Jadi teknologi pendidikan itu mengenai software maupun hardwarenya, Software antara lain menganalisis dan mendesain urutan atau langkah-langkah belajar berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dengan metode penyajian yang serasi serta penilaian keberhasilannya.
Ada pula yang berpendapat bahwa teknologi pendidikan adalah pemikiran yang sistematis tentang pendidikan, penerapan metode problem solving dalam pendidikan, yang dapat dilakukan dengan alat-alat komunikasi modern, akan tetapi juga tanpa alat-alat itu.
Pada hakikatnya teknologi pendidikan adalah suatu pendekatan yang sistematis dan kritis tentang pendidikan. Teknologi pendidikan memandang soal mengajar dan belajar sebagai masalah atau problema yang harus dihadapi secara rasional dan ilmiah.
Istilah teknologi berasal dari bahasa Yunani technologia yang menurut Webster Dictionary berarti systematic treatment atau penanganan sesuatu secara sistematis, sedangkan techne sebagai dasar kata teknologi berarti art, skill, science atau keahlian, keterampilan ilmu. Jadi “teknologi pendidikan” dapat diartikan sebagai pegangan atau pelaksanaan pendidikan secara sistematis, menurut sistem tertentu yang akan dijelaskan kemudian.[1]
Apakah bedanya dengan metodologi pengajaran yang juga menginginkan pengajaran menurut metode atau sistem tertentu? Ada yang menafsirkan teknologi pendidikan sebagai suatu cara mengajar yang menggunakan alat-alat teknik modern yang sebenarnya dihasilkan bukan khusus untuk keperluan pendidikan akan tetapi dapat dimanfaatkan dalam pendidikan seperti radio, film opaque projector, overhead projector, TV, video taperecorder, komputer, dan lain-lain. Alat-alat ini dalam metodologi pengajaran lazim disebut alat peraga, alat pengajaran audio visual aids atau instructional aids. Dalam teknologi pendidikan alat-alat itu disebut “hardware”. Alat-alat itu besar manfaatnya namun bukan merupakan inti atau hakikat teknologi pendidikan. Alat-alat itu sendiri itu tidak mengandung arti pendidikan. Alat-alat itu baru bermanfaat bila dikaitkan dengan suatu pelajaran atau program. Program itu lazim disebut software. Yang merupakan tenologi pendidikan adalah programnya yang harus disusun menurut prinsip-prinsip tertentu. Teknologi pendidikan dapat diselenggarakan tanpa alat-alat teknologi modern seperti dikatakan tersebut diatas.[2]
Ada orang beranggapan bahwa segala macam metodologi pengejaran termasuk teknologi pendidikan seperti ceramah, diskusi, seminar dan sebagainya. Apakah pendapat itu benar atau tidak bergantung pada penilaian hingga manakah metode-metode itu memenuhi ciri-ciri teknologi pendidikan, antara lain:
1.      Merumuskan tujuan dengan teliti dan spesifik dalam bentuk kelakuan yang dapat diamati, sehingga dapat diukur keberhasilan tercapainya tujuan itu.
2.      Meneliti pengetahuan keterampilan, dan sikap yang telah dimiliki anak- didik yaitu entry behaviour (dahulu lazim disebut bahan apersepsi) sebagai dasar pelajaran baru sehingga diketahui kemajuan yang dicapai berkat proses belajar-mengajar.
3.      Menganalisis bahan pelajaran yang akan disajikan dalam bagian-bagian yang dapat dipelajari dengan mudah.
4.      Berdasarkan analisis bahan pelajaran menentukan:
a.       Urutan mempelajari bahan itu agar tercapai hasil belajar yang optimal.
b.      Strategi yang paling tepat untuk menyampaikan atau menyajikan bahan itu.
5.      Menguji-coba program itu untuk menentukan kelemahannya.
6.      Mengadakan perubahan, perbaikan atau revisi untuk meningkatkan mutu program itu.
Bagi teknologi pendidikan alat-alat yang dihasilkan oleh teknologi pendidikan, seperti alat-alat audio-visual bukan esensial. Tanpa alat-alat itu pun teknologi pendidikan tetap dapat dilaksanakan.
Berdasarkan kenyataan alat-alat pendidikan, yakni alat audio visual, betapapun modernnya tidak dengan sendirinya mempermudah cara belajar atau memperdalam dan memperluas hasil belajar itu. Dengan alat-alat itu tidak secara otomatis pelajaran yang diberikan akan bermutu tinggi.
Teknologi pendidikan bersikap skeptis yakni menyangsikan kebenaran prinsip-prinsip mengajar atau asas-asas didaktik sebelum diperoleh bukti akan kebenarannya. Teknologi pendidikan merupakan suatu ekspresi dari scientific movement atau gerakan ilmiah yang telah dirintis oleh Aristoteles.[3]
Menurut Iskandar Alisyahbana (1980) teknologi telah dikenal manusia sejak jutaan tahun yang lalu, karena dorongan untuk hidup yang lebih nyaman, lebih makmur, dan lebih sejahtera. Jadi sejak awal peradaban, sebenarnya telah ada teknologi, meskipun istilah teknologi “teknologi” belum digunakan. Istilah “teknologi” berasal dari “techne” atau cara dan “logos” atau pengetahuan. Jadi, secara harfiah teknologi dapat diartikan dengan pengetahuan tentang cara. Pengertian teknologi sendiri menurutnya adalah “cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan akal, sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, panca indra, dan otak manusia.
Beberapa ahli lain berpendapat sebagai berikut: Jaques Ellul (1967: xxv) memberi arti teknologi sebagai “keseluruhan metode yang secara rasional mengarah dan memiliki ciri efisiensi dalam setiap bidang kegiatan manusia”. Sedangkan Baiquni (1979:49) mengartikan teknologi sebagai”hasil penerapan sistematik dari sains, yang merupakan himpunan rasionalitas insani kolektif, untuk memanfaatkan hidup dan mengendalikan gejala-gejala di dalam proses produktif yang ekonomis”.[4]
AECT dalam buku The Definition of Educational Technology (1977) mengutip pendapat Hoban yang menyatakan bahwa, “Teknolgi bukanlah sekadar mesin dan orang. Teknologi merupakan perpaduan yang kompleks dari organisasi manusia dan mesin, ide, prosedur, dan pengelolaan”. Sedangkan Finn dikutip dengan pernyataannya bahwa, “Teknologi mencakup proses, sistem, pengelolaan, dan mekanisme kontrol, baik yang mengangkut manusia maupun bukan manusia, dan lebih dari itu adalah merupakan suatu cara memandang permasalahan ditinjau dari sudut kepentingan kesulitan, kelayakan teknis pemecahannya, dan nilai ekonomi”.
Teknologi merupakan sistem yang diciptakan oleh manusia untuk sesuatu tujuan tertentu. Ia merupakan perpanjangan dari kemampuan manusia. Ia dapat kita pakai untuk menambah kemampuan kita menyajikan pesan,memproduksi barang lebih cepat dan lebih banyak, meproses data lebih banyak, memberikan berbagai macam kemudahan, serta untuk mengelola proses maupun orang.
Teknologi dapat dibedakan menjadi dua macam. Yang pertama dan yang lazim kita kenal adalah teknologi fisik atau mekanik yang ditandai oleh mesin, alat, dan perangkatnya. Yang kedua kurang sekali sebagai teknologi, yaitu teknologi sosial yang merupakan tatanan atau acuan yang ditetapkan oleh orang lain dalam mengorganisasikan manusia dan lingkungannya, serta hal-hal yang mengatur tugas, fungsi, wewenang, dan kekuasaan.[5]
B.     Konsep Dasar Teknologi Pendidikan
1.      Perkembangan Konsep Teknologi Pendidikan
Pengertian teknologi pendidikan tidak terlepas dari pengertian teknologi secara umum. Pengertian teknologi yang utama adalah proses yang meningkatkan nilai tambah. Proses tersebut menggunakan dan atau menghasilkan suatu produk tertentu. Produk yang digunakan dan atau dihasilkan tidak terlepas dari produk lain yang telah ada, dan karena itu menjadi bagian integral dari suatu sistem. Jadi dalam pengertian umum tentang teknologi, alat atau sarana baru yang khusus diperlukan tidak menjadi syarat yang mutlak harus ada, karena alat atau sarana itu telah ada sebelumnya.
Dalam bidang pendidikan atau pembelajaran, teknologi juga harus memenuhi ketiga syarat tersebut: proses, produk, dan sistem. Kecuali memenuhi syarat umum teknologi, teknologi pendidikan juga harus membuktikan dirinya sebagai duatu bidang kajian atau disiplin keilmuan yang berdiri sendiri. Perkembangan sebagai disiplin keilmuan tersebut dilandasi oleh serangkaian dalil atau dasar yang menjadi patokan pembenaran. Secara falsafi dasar keilmuan itu meliputi ontologi atau rumusan tentang gejala pengamatan yang dibatasi pada suatu pokok telaah khusus yang tidak tergarap oleh bidang telaah lain; epistemologi, yaitu usaha atau prinsip intelektual untuk memperoleh kebenaran dalam pokok telaah yang ditemukan; dan aksiologi atau nilai-nilai yang menentukan kegunaan dari pokok telaah yang ditentukan, yang mempersoalkan nilai moral (etika) dan nilai seni serta keindahan atau estetika.
Objek formal teknologi pendidikan adalah “belajar” pada manusia, baik secara pribadi maupun yang tergabung dalam organisasi. Belajar itu tidak hanya berlangsung dalam lingkup persekolahan ataupun pelatihan. Belajar itu ada di mana saja dan oleh siapa saja, dengan cara dan sumber apa saja yang sesuai dengan kondisi dan keperluan.[6]
2.      Landasan Pendidikan
a.       Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti: Apakah pendidikan itu, mengapa pendidikan itu diperlukan, apa yang seharusnya menjadi tujuannya, dan sebagainya. Landasan filosofis adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat (filsafat, filsafah). Berfilsafat artinyan menelaah sesuatu secara radikan, menyeluruh, dan konseptual yang menghasilkan konsepsi-konsepsi mengenai kehidupan dan dunia.
Tinjauan filosofis tentang kehidupan dan dunia termasuk dunia pendidikan, berarti berpikir bebas serta merentang pikiran sampai sejauh-jauhnya tentang sesuatu itu. Penggunaan istilah sampai dapat dalam dua pendekatan, yakni:
1)      Filsafat sebagai kelanjutan dari berpikir ilmiah, yang dapat dilakukan oleh setiap orang serta sangat bermanfaat dalam memberi makna kepada ilmu pengetahuannya itu.
2)      Filsafat sebagai kajian khusus yang formal, yang mencakup logika, epistemologi (tentang benar dan salah), etika (tentang baik dan buruk), estetika (tentang indah dan jelek), metafisika (tentang hakikat yang “ada” termasuk akal itu sendiri), serta sosial dan politik (filsafat pemerintahan).[7]
Disamping itu berkembang pula cabang filsafat yang mempunyai bidang kajian yang spesifik, seperti filsafat ilmu, filsafat hukum, filsafat pendidikan, dan sebagainya. Landasan filosofis terhadap pendidikan dikaji terutama melalui filsafat pemdidikan, yang mengkaji masalah sekitar kependidikan dengan pendekatan filosofis.
b.      Landasan Historis
Faktor sejarah dianggap sebagai faktor budaya yang paling penting yang telah dan tetap mempengaruhi sistem prndidikan pada masyarakat manapun juga kepribadian nasional. Misalnya yang menjadi dasar filsafat pendidikan di berbagai masyarakat haruslah “berlaku jauh ke masa lampau, walaupun sistem-sistemnya adalah hasil pemerintahan revolusioner, yang didirikannya dengan sengaja untuk mengembangkan dan memperbaiki pola-pola warisan budaya dari umat dan rakyat. Ini adalah karena warisan budaya suatu bangsa sukar dikalahkan atau dihilangkan dengan segera. Malah gerakan revolusi yang paling keras pun harus menyesuaikan prinsip-psinsip dan pemikiran-pemikiran yang baru, dengan situasi dan kondisi sejarah dan budaya yang sedang wujud. Oleh sebab itu, sistem pendidikan nasional berakar tunjang pada masa lampau dan berbatang serta bercabang dengan dunia hari ini dan hari esok”.
Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia bukanlah muncul begitu saja tetapi ia merupakan mata rantai yang sambung menyambung dari cita-cita dan praktek-praktek pendidikan pada masa lampau baik yang tersurat maupun yang tersirat. Landasan historis tersebut dapat dibedakan dalam empat tonggak sejarah.
1)      Pendidikan Tradisional, yaitu penyelenggaraan pendidikan di nusantara yang dipengaruhi oleh agama-agama besar didunia, yaitu: Islam, Hindu, Buddha, dan Kristen (Katolik dan Protestan).
2)      Pendidikan Kolonial Barat, yaitu penyelenggaraan pendidikan di nusantara Indonesia oleh Kolonial Barat terutama Belanda.
3)      Pendidikan kolonial Jepang,  yaitu penyelenggaraan pendidikan di nusantara Indonesia oleh Pemerintahan Kolonial Jepang.
4)      Pemikiran-pemikiran Tokoh pendidikan yang hidup dalam rintangan sejarah.[8]
c.       Landasan Psikologis
Pemahaman terhadap aspek kejiwaan peserta didik merupakan suatu keniscayaan. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat dibutuhkan penerapannya dalam pendidikan.
Diantara aspek psikologis yang perlu diketahui oleh pendidik adalah:
1)      Perbedaan Individu
Perbedaan individual terjadi karena adanya perbedaan dari berbagai aspek kejiwaan antar peserta didik, bukan hanya yang berkaitan dengan kecerdasan dan bakat, tetapi juga perbedaan pengalaman dan tingkat perkembangan, perbedaan aspirasi dan cita-cita, bahkan perbedaan kepribadian secara keseluruhan. Oleh karena itu, pemahaman hal-hal tersebut akan sangat penting bagi pendidikan bukan hanya tentang ciri-ciri perbedaannya, tetapi juga perkembangan dan faktor-faktor penyebabnya, bagaimana cara-cara penanganannya, dan sebagainya.
2)      Perubahan Individu
Lingkungan manusia terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik adalah segala sesuatu yang ada di sekitar anak selain manusia, sedangkan lingkungan sosial adalah semua orang yang ada dalam dunia kehidupan anak yakni orang yang bergaul dengan anak, melakukan kegiatan bersama atau bekerjasama. Tugas pendidikan yang terutama adalah memberikan bimbingan agar pertumbuhan anak dapat berlangsung secara wajar dan optimal.[9]
3)      Kebutuhan Psikis
Dengan adanya kebutuhan psikis manusia tentunya menuntut pendidik untuk memenuhi kebutuhan tersebut agar dapat meningkatkan motivasi peserta didik dalam pembelajaran. Diantaranya kebutuhan psikis yang harus dipenuhi oleh peserta didik adalah:
a)      Kebutuhan akan rasa kasih sayang
b)      Kebutuhan akan rasa nyaman
c)      Kebutuhan akan penghargaan
d)      Kebutuhan akan rasa bebas
e)      Kebutuhan akan rasa sukses
f)       Kebutuhan akan rasa ingin tahu.
Tidak terpenuhinya kebutuhan ini akan mengganggu proses pembelajaran.
d.      Landasan Sosial
Semua usaha pendidikan harus didasarkan pada kenyataan yang terdapat di dalam masyarakat (realitas sosial) misalnya di dalam masyarakat yang sedang membangun maka usaha pembangunan sebagai realitas sosial ini harus dijadikan dasar pendidikan.
Dasar-dasar sosial sebagai suatu rumpun masalah pendidikan merupakan bidang studi sosiologi pendidikan. Hubungan sekolah dengan masyarakat, yang melandaskan diri pada dasar pemikiran bahwa peranan sekolah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat yang cepat berubah.
Dasar pemikiran tersebut akan memberikan pengertian yang jelas tentang faktor-faktor sosial, atau sumber-sumber sosial dan problema pendidikan saat ini. Bidang studi ini juga menuntut penggunaan metode objektif dalam menyelesaikan problema pendidikan.
Dengan demikian berarti sekolah adalah lembaga sosial dan bersama-sama dengan lembaga sosial lain seperti keluarga, kelompok-kelompok sosial, kelompok agama, ekonomi dan politik merupakan sistem sosial yang selalu dalam keadaan mengadakan interaksi.[10]
e.       Landasan Religius
1)      Landasan Tauhid
Tauhid merupakan landasan utama dalam aspek kehidupan manusia, termasuk aspek pendidikan. Menurut Muhammad Fazlul Rahman Anshari, tauhid sebagai filsafat dan pandangan hidup umat Islam meliputi konsep ketauhidan Allah, ketauhidan alam semesta dalam hubungan Allah dengan kosmos, ketauhidan kehidupan, ketauhidan natural dan supernatural, ketauhidan pengetahuan, ketauhidan iman dan ration, ketauhidan kebenaran, ketauhidan agama, ketauhidan cita dan hukum, ketauhidan umat, ketauhidan mengenai jenis kelamin laki-laki dan perempuan, ketahuidan kepribadian manusia, ketauhidan mengenai kebebasan dan diterminisme, ketuhidan dalam term politik, ketauhidan dalam pendidikan, ketauhidan dalam dasar kebudayaan dan ketauhidan dalam dasar satu cita ideal.
Dengan demikian, maka tauhid merupakan landasan dalam pendidikan. Tanpa landasan tauhid pendidikan tidak dapat dilaksanakan secara holistik. Tanpa tauhid pendidikan akan melahirkan manusia-manusia musyrik, munafik, bahkan atheis.
2)      Landasan Etik dan Moral
Landasan tauhid akan berdiri dengan kokoh apabila diletakkan secara bersama landasan moral yang kuat. Al-Qur’an memberikan bimbingan dengan memerintahkan manusia melaksanakan ibadah, latihan spiritual berupa zikrullah, dan berperilaku dengan akhlak al-karimah. Oleh karena itu al-Qur’an dengan tegas memerintahkan manusia supaya melaksanakan “amar ma’ruf nahi munkar”, memerintahkan manusia melaksanakan ibadah, menghormati sesama manusia, menyayangi makhluk lainnya serta berhias diri dengan akhlaq al-mahmudah dan menghilangkan dari akhlaq al-mazmumah. Manusia yang seperti itu disebut dengan “Insan Kamil” (Manusia Paripurna) dan manusia seperti inilah yang harus dihasilkan oleh lembaga pendidikan.[11]
C.    Tujuan dan Fungsi Teknologi Pendidikan
1.      Tujuan Teknologi Pendidikan
Masalah dasar dan tujuan pendidikan adalah merupakan suatu masalah yang sangat fondamentil dalam pelaksanaan pendidikan. Sebab dari dasar pendidikan itu akan menentukan corak dan isi pendidikan. Dan dari tujuan pendidikan itu akan menentukan ke arah mana anak didik itu dibawa.
Masalah pendidikan adalah merupakan masalah yang sangat penting dalam kehidupan. Bukan saja sangat penting, bahkan masalah pendidikan itu sama sekali tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Baik dalam kehidupan keluarga, maupun dalam kehidupan bangsa dan negara. Maju mundurnya suatu bangsa sebagian besar ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan di negara itu.[12]
Mengingat pentingnya pendidikan itu bagi kehidupan bangsa dan negara, maka hampir seluruh negara di dunia ini menangani secara langsung masalah-masalah yang berhubungan dengan pendidikan. Dalam hal ini masing-masing negara itu menentukan sendiri dasar dan tujuan pendidikan di negaranya. Masing-masing bangsa mempunyai pandangan hidup sendiri-sendiri, yang berbeda satu dengan yang lain.
Menurut sejarah: bangsa Yunani tujuan pendidikannya ialah ketentraman. Mereka berpendapat, bahwa berperang adalah suatu perkara yang sangat penting untuk kemuslihatan hidupnya atau dunianya. Oleh karena itu mereka sangat mementingkan pendidikan jasmani, agar badan menjadi sehat, kuat dan tangkas, serta siap menghadapi peperangan.
Adapun menurut Islam, tujuan pendidikan ialah membentuk manusia supaya sehat, cerdas, patuh dan tunduk kepada perintah Tuhan serta menjauhi larangan-larangan-Nya. Sehingga ia dapat berbahagia hidupnya lahir bathin, dunia akhirat. Dan masih banyak lagi tujuan-tujuan pendikan menurut keinginan bangsanya sendiri-sendiri. Pada umumnya tiap-tiap bangsa dan negara sependapat tentang pokok-pokok tujuan pendidikan, yaitu: mengusahakan supaya tiap-tiap orang sempurna pertumbuhan tubuhnya, sehat otaknya, baik budi pekertinya dan sebagainya. Sehingga ia dapat mencapai puncak kesempurnaannya dan berbahagia hidupnya lahir bathin.
Di atas telah disebutkan bahwa dasar pendidikan akan menentukan corak dan isi pendidikan. Dan isi pendidikan itu adalah tidak lain dari pada kurikulum. Kurikulumlah yang merupakan alat pembentukan. Dengan demikian, maka dasar pendidikan itu menentukan corak isi dari kurikulum.[13]
Tujuan pendidikan adalah mengubah anak, yaitu caranya berfikir merasa, berbuat, jadi mengubah kelakuan. Kurikulum disusun untuk mendorong anak berkembang ke arah tujuan itu. Sudah selayak pendidik maupun anak didik harus tahu apa yang harus dicapai. Atau tegasnya harus diketahui dengan jelas apa yang dapat dilkukan sebelum ia mempelajarinya. Adanya tujuan yang jelas sekaligus memberikan ukuran tentang keberhasilan pelajaran. Bila tujuan itu tidak dapat tercapai maka ada kekurangan dalam proses mengajar-belajar itu. Secara empiris dapat dicari melalui percobaan, cara manakah yang paling serasi untuk mencapai hasil yang ditentukan. Dengan pendekatan teknologi pendidikan kita dapat menggunakan metode ilmiah untuk menguji-cobakan hipotesis-hipotesis tentang cara yang paling efektif guna mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan. Usaha ini pada hakikatnya tidak berbeda dengan metode pemecahan masalah (method of problem solving) yang dilakukan dalam bidang ilmu lainnya.[14]
Dalam garis besarnya, langkah-langkah yang diikuti dalam metode teknologi pendidikan adalah:
a.       Merumuskan tujuan yang jelas yang harus dicapai yang dapat dipandang sebagai masalah.
b.      Menyajikan pelajaran menurut cara yang dianggap serasi yang kita pandang sebagai “hipotesis” yang perlu dites.
c.       Menilai hasil pelajaran untuk menguji hipotesis itu.
d.      Mencari perbaikan andaikan hasilnya belum memenuhi syarat atau standar yang ditentukan dan melangsungkan percobaan dengan cara lain sampai tercapai apa yang diharapkan.
Tampaknya, dasar-dasar teknologi pendidikan ini sederhana saja dan tidak mengungkapkan sesuatu yang revolusioner. Guru-guru yang baik banyak sedikit telah melakukannya. Mereka juga berusaha mencapai hasil sesuai dengan tujuan pelajaran yang ditentukan dengan cara penyajian yang paling serasi berdasarkan metode pelajaran, asas-asas didaktik serta pengalaman sebagai guru dan kemudian menilai hasil belajar murid sebagai petunjuk tentang efektivitasnya.mengajar.
Teknologi pendidikan mengharuskan guru merumuskan tujuan yang jelas memikirkan metode yang dianggapnya paling efektif untuk memilih metode yang tepat. Banyak guru yang masuk kelas tanpa mengetahui dengan jelas apa yang ingin dicapainya dalam jam pelajaran itu. Tanpa tujuan yang jelas kita tidak akan tahu kemana kita pergi dan apakah kita sampai ke tempat yang kita harapkan.
Selanjutnya teknologi pendidikan menuntut agar diadakan penilaian yang segera tentangg apa yang telah dipelajari. Banyak guru yang melakukan penilaian hanya beberapa kali dalam satu semester dalam bentuk ulangan. Penilaian yang segera setelah pelajaran, memberikan keterangan tentang prestasi anak dan sekaligus tentang kemampuan metode penyajian guru.
Penilaian itu berfungsi sebagai:
a.       Alat mengukur hasil belajar murid.
b.      Alat bagi guru untuk menilai efektivitasnya mengajar
c.       Titik tolak untuk memperbaiki prestasi anak dengan menganalisis kesalahan-kesalahan yang mereka perbuat serta memperbaiki metodenya mengajar.[15]
Bila guru menerapkan prinsip-prinsip teknologi pendidikan secara konsekuen, maka terbuka baginya jalan untuk memperbaiki mutunya sebagai guru, ia akan memandang proses mengajar belajar sebagai problema yang tak berkesudahan yang dihadapinya secara obyektif dan ilmiah. Dengan sikap serta usaha demikian mengajar akan dapat dikembangkan dan ditingkatkan menjadi propesi dalam arti yang sebenarnya.
2.      Fungsi Pendidikan
Fungsi pendidikan dalam arti mikro (sempit) ialah membantu (secara sadar) perkembangan jasmani dan rohani peserta didik. Fungsi pendidikan secara makro (luas) ialah sebagai alat:
a.       Pengembangan pribadi
b.      Pengembangan warga negara
c.       Pengembangan bangsa.
Pada prinsipnya  mendidik ialah memberi tuntunan, bantuan, pertolongan kepada pserta didik. Di dalam pengertian memberi tuntunan telah tersimpul suatu dasar pengakuan bahwa anak (pihak yang diberi tuntunan) memiliki daya-daya (potensi) untuk berkembang. Potensi ini secara berangsur-angsur tumbuh dan berkembang dari dalam diri anak. Untuk menjamin berkembangnya potensi-potensi agar menjadi lancar dan terarah, diperlukan pertolongan, tuntunan dari luar. Jika unsur pertolongan tidak ada, maka potensi tersebut tetap tinggal potensi belaka yang tak sempat diaktualisasikan.[16]



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Pada hakikatnya teknologi pendidikan adalah suatu pendekatan yang sistematis dan kritis tentang pendidikan. Teknologi pendidikan memandang soal mengajar dan belajar sebagai masalah atau problema yang harus dihadapi secara rasional dan ilmiah.
2.      Pengertian teknologi pendidikan tidak terlepas dari pengertian teknologi secara umum. Pengertian teknologi yang utama adalah proses yang meningkatkan nilai tambah. Proses tersebut menggunakan dan atau menghasilkan suatu produk tertentu. Landasan pendidikan yaitu: landasan filosofis, historis, psikologis, sosial, dan religius.
3.      a. menurut Islam, tujuan pendidikan ialah membentuk manusia supaya sehat, cerdas, patuh dan tunduk kepada perintah Tuhan serta menjauhi larangan-larangan-Nya. Sehingga ia dapat berbahagia hidupnya lahir bathin, dunia akhirat.
b.      Fungsi pendidikan dalam arti mikro (sempit) ialah membantu (secara sadar) perkembangan jasmani dan rohani peserta didik. Fungsi pendidikan secara makro (luas) ialah sebagai alat:
1)      Pengembangan pribadi
2)      Pengembangan warga negara
3)      Pengembangan bangsa.
B.     Saran
Setelah membaca makalah mengenai konsep dasar teknologi pendidik, diharapkan untuk tidak pernah puas terhadap makalah yang dibuat, karena teknologi pendidikan memiliki cakupan yang sangat luas, untuk itu pembaca hendak mencari sumber lain.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu., & Nur Uhbiyati. 2001. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Ihsan, Fuad. 2013. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Miarso, Yusufhadi. 2005. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Nasution. 2005. Teknologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Ramayulis. 2015. Dasar-Dasar Kependidikan (Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan). Jakarta Pusat: Kalam Mulia.





[1] Nasution. Teknologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2005. Hlm. 1-2.
[2] Ibid. Hlm. 2.
[3] Ibid. Hlm. 3-4.
[4] Yusufhadi Miarso. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana. Cet. Ke-2. 2005. Hlm. 131.
[5] Ibid. Hlm. 132.
[6] Ibid. Hlm. 62.
[7] Ramayulis. Dasar-Dasar Kependidikan (Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan). Jakarta pusat: Kalam Mulia. 2015. Hlm. 35-36.
[8] Ibid. Hlm. 41.
[9] Ibid. Hlm. 42-43.
[10] Ibid. Hlm. 43-44.
[11] Ibid. Hlm. 48.
[12] Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2001. Hlm. 98.
[13] Ibid. Hlm. 99-100.
[14] Op. Cit. Nasution. Hlm. 9.
[15] Op. Cit. Hlm. 10-11.
[16] Fuad Ihsan. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2013. Hlm. 11.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Puisi Yakinlah

  Yakinlah Oleh : Suci Utari   Masih ingat masalah di akhir tahun kemarin? Saat itu dilematis sekali mencerup hawa bening Laksana ...