APLIKASI METODE LATIHAN (DRIIL), KERJA KELOMPOK,
BERMAIN PERAN DALAM PEMBELAJARAN PAI
Dosen Pengampu: Endang Switri, M.Pd.I
Disusun Oleh: Kelompok III
Semester: IV PAI B
1.
Marhidayati
(2015.01.068)
2.
Pina Destiana
(2015.01.086)
3.
Suci Utari
(2015.01.110)
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
AL-QUR’AN AL-ITTIFAQIAH
INDRALAYA OGAN ILIR SUMATERA SELATAN
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan
kualitas SDM melalui sistem pengajaran. Ada dua konsep kependidikan yang
berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar dan pengajaran. Dimana belajar
beroientasi pada pihak peserta didik dan pengajaran beroientasi pada pengajar.
Dalam pengembangannya, banyak sekali metode-metode
yang dilakukan oleh pendidik guna mengefektifkan dan mengefisienkan proses
pengajaran. Metode yang dilakukan saat mengajar juga bermacam macam, dari
metode ceramah hingga praktek.
Didalam kesempatan kali ini, makalah yang kami susun
ini akan membahas mengenai tiga metode belajar. Dimana didalam tiga metode
pengajaran tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing masing. Jadi,
untuk sebagai acuan bacaan kami akan mendefinisasikan dan menjelaskan mengenai
tiga metode tersebut yaitu, metode latihan, kerja kelompok dan bermain peran.
1.
Bagaimana
definisi metode latihan (driil)?
2.
Bagaimana
definisi metode kerja kelompok?
3.
Bagaimana
definisi metode bermain peran ?
1.
Untuk
mengetahui definisi metode latihan (driil)
2.
Untuk
mengetahui definisi metode kerja kelompok
3.
Untuk
mengetahui definisi metode bermain peran
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Metode Latihan (Drill)
Metode latihan (driil) disebut juga metode training, yaitu suatu
cara mengajar untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu dan sebagai sarana
untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini dapat
digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan
keterampilan. [1]
Penggunaan istilah “Latihan” sering disamakan artinya dengan
istilah “Ulangan”. Padahal maksudnya berbeda. Latihan bermaksud agar
pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat menjadi milik anak didik dan dikuasai
sepenuhnya, sedangkan ulangan hanyalah untuk sekadar mengukur sejauh mana dia
telah menyerap pengajaran tersebut.
Jadi, menurut analisa kami metode latihan adalah suatu cara
mengajar untuk menumbuhkan dan memelihara kebiasaan tertentu. Agar kebiasaan
tersebut dapat dimiliki oleh anak didik dan di kuasai sepenuhnya.
Pengajaran yang diberikan melalui metode latihan dengan baik selalu
akan menghasilkan hal-hal sebagai berikut:
a.
Anak
didik itu akan dapat mempergunakan daya berpikirnya yang makin lama makin
bertambah baik, karena dengan pengajaran yang baik maka anak didik akan menjadi
lebih teratur dan lebih teliti dalam mendorong daya ingatnya. Ini berarti daya
berpikir bertambah.
b.
Pengetahuan
anak didik bertambah dari berbagai segi, dan anak didik tersebut akan
memperoleh paham yang lebih baik dan lebih mendalam. Guru berkewajiban
menyelidiki sejauh mana kemajuan yang telah dicapai oleh anak didik dalam
proses belajar-mengajar. Salah satu cara ialah mengukur kemajuan tersebut
melalui ulangan atau (tes) tertulis atau lisan. [2]
2.
Kelebihan
dan Kekurangan Metode Latihan (Drill)
a.
Kelebihan
1)
Siswa
memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat dan
menggunakan alat-alat.
2)
Siswa
dapat memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan,
pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.
3)
Dapat
membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan. [3]
b.
Kekurangan
1)
Menghambat
bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada
penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari pengertian.
2)
Menimbulkan
penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
3)
Latihan
yang dilaksanakan secara berulang-ulang terkadang merupakan hal yang monoton
dan mudah membosankan.
4)
Dapat
menimbulkan verbalisme.[4]
3.
Langkah-Langkah
Penerapan Metode Latihan (Driil)
Menurut kelompok kami langkah-langkah yang digunakan dalam
pembelajaran dengan metode latihan, pengajar harus selalu memperhatikan
kesiapan dari pengajar tersebut. Metode latihan ini mempunyai tiga tahap yang
biasa digunakan oleh pengajar:
a.
Tahap
Persiapan
Tahap ini maksudnya adalah guru harus selalu memberikan gambaran
antara materi yang akan dipelajari dengan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh
siswa. Pada tahap ini ada beberapa hal yang harus dilakukan, antara lain:
1.)
Merumuskan
tujuan yang akan dicapai oleh siswa.
2.)
Menentukan
dengan jelas keterampilan secara spesifik dan berurutan.
3.)
Menentukan
langkah yang harus dikerjakan untuk menghindari suatu kesalahan.
4.)
Melakukan
kegiatan sebelum latihan sebelum melakukan metode ini secara penuh.
b.
Tahap
Pelaksanaan
Tahap ini maksudnya yaitu suatu langkah pelaksanaan metode latihan
dalam pembelajaran yang akan dituju.
1.)
Langkah
Pembukaan
Langkah pembukaan yaitu guru harus mengemukakan tujuan yang harus
dicapai.
2.)
Langkah
Pelaksanaan
a.)
Memulai
latihan dengan hal-hal yang sederhana.
b.)
Ciptakan
suasana yang menyenangkan.
c.)
Yakinkan
siswa tertarik untuk mengikuti latihan.
d.)
Berikan
siswa kesempatan untuk berlatih.
3.)
Langkah
Mengakhiri
Apabila semua
latihan sudah selesai, maka guru harus terus memberikan motivasi kepada siswa
supaya terus melakukan latihan secara seimbang, sehingga latihan yang sudah
diberikan dapat diingat.
c.
Penutup
1.)
Selalu
melaksanakan perbaikan terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa.
2.)
Memberikan
latihan penenangan.
4.
Relevansi
terhadap Materi Pembelajaran PAI
Metode Latihan (Driil) dapat digunakan pada semua standar
kompetensi, karena latihan bermaksud agar pengetahuan dan kecakapan tertentu
dapat menjadi milik anak didik dan dikuasai sepenuhnya.[5]
Menurut kelompok kami metode latihan merupakan suatu cara mengajar
dengan memberikan latihan-latihan terhadap apa yang telah dipelajari siswa
sehingga memperoleh suatu keterampilan tertentu. Misalnya dalam pelajaran Fiqih
tentang wudhu kalau dikaitkan dengan motoris berarti kita harus meyiapkan air
dan untuk melatih mentalnya seorang murid harus menghafal niat-niat wudhu dan
gerakannya.
1.
Pengertian
Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok adalah suatu cara mengajar dimana guru
membagi murid-muridnya ke dalam kelompok belajar tertentu dan setiap kelompok
diberi tugas-tugas tertentu dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.[6]
Apabila guru dalam menghadapi anak didik di kelas merasa perlu
membagi-bagi anak didik dalam kelompok-kelompok untuk memecahkan suatu masalah
atau untuk menyerahkan suatu pekerjaan yang perlu dikerjakan bersama-sama, maka
cara mengajar tersebut dapat dinamakan Metode Kerja Kelompok.[7]
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode kelompok adalah metode untuk
mengubah pandangan dan sikap seseorang dengan jalan memasukkan orang itu ke
dalam kelompok.
Jadi, menurut analisa kami metode kerja kelompok adalah suatu cara mengajar
yang mengharuskan siswa di bagi dalam kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan
suatu masalah dan mencapai tujuan pembelajaran.
Dilihat dari segi waktu dan cara pembentukan kelompok maka metode ini ada
beberapa macam, yaitu:
a. Kerja Kelompok Jangka Pendek
Kelompok ini dapat dilaksanakan dalam kelas dengan waktu yang singkat ± 20
menit, dan kelompok ini berguna agar pada anak didik tertanam rasa saling
membantu dan kerja sama dalam menyelesaikan suatu tugas. Di samping itu juga
maksud menanamkan kepada diri anak didik tentang pentingnya musyawarah dan
manfaatnya dalam kehidupan bermasyarakat.
b. Kerja Kelompok Jangka Menengah
Kerja kelompok jangka menengah ini diadakan karena kepentingan untuk
penyelesaian unit-unit pelajaran, yang akan lebih baik apabila dikerjakan
dengan cara bersama-sama dalam beberapa hari.
c. Kerja Kelompok Jangka Panjang
Kelompok ini biasanya dinamakan kelompok studi. Suatu kelas dibagi kepada
beberapa kelompok, dan biasanya kelompok ini berakhir kalau telah berlangsung
kenaikan kelas atau selesai belajar pada suat tingkat.[8]
2.
Kelebihan
dan Kelemahan Metode Kerja Kelompok
a.
Kelebihan
1)
Dapat
memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menggunakan ketrampilan bertanya
dan membahas sesuatu masalah.
2)
Dapat
memberikan kesempatan pada para siswa untuk lebih intensif mengadakan
penyelidikan mengenai sesuatu kasus atau masalah.
3)
Dapat
mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan ketrampilan berdiskusi.
4)
Dapat
memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu serta
kebutuhannya belajar.
5)
Para
siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka, dan mereka lebih aktif
berpartisipasi dalam diskusi.
6)
Dapat
memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengembangkan rasa menghargai dan
menghormati pribadi temannya, mengahrgai pendapat orang lain; hal mana mereka
telah saling membantu kelompok dalam usahanya mencapai tujuan bersama.[9]
b.
Kekurangan
1)
Kerja
kelompok sering-sering hanya melibatkan kepada siswa yang mampu sebab mereka cakap
memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang.
2)
Strategi
ini kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda dan gaya
mengajar yang berbeda pula.
3)
Keberhasilan
strategi kerja kelompok ini tergantung kepada kemampuan siswa memimpin kelompok
atau untuk bekerja sendiri.[10]
3.
Langkah-Langkah
Penerepan Metode Kerja Kelompok
Langkah-langkah
metode kerja kelompok ini kelompok kami berpendapat ada dua cara, yaitu:
a.
Kegiatan
Persiapan
1.)
Merumuskan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
2.)
Menyiapkan
materi pembelajaran dan menjelaskan materi tersebut kedalam tugas-tugas
kelompok.
3.)
Mencari
sumber-sumber yang akan menjadi sasaran kerja kelompok.
4.)
Menyusun
peraturan pembentukan kelompok, cara kerja, saat memulai dan mengakhiri.
b.
Kegiatan
Pelaksanaan
1.)
Melaksanakan
apersepsi yaitu pertanyaan tentang materi pelajaran sebelumnya.
2.)
Memotivasi
belajar denan mengemukakan kasus yang berkaitan dengan materi pelajaran yang
akan diajarkan.
4.
Relevansi
terhadap Materi Pembelajaran PAI
Menurut kelompok kami metode kerja kelompok menumbuhkan kemampuan
siswa dalam memahami materi pembelajaran. Metode ini memberi kesempatan yang
lebih besar kepada anak mengeksplor bakat yang mereka miliki. Misalnya dalam
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ditugaskan untuk mencari tentang
perkembangan-perkembangan Islam dari sejak Nabi lahir, hingga wafat. Dalam
setiap kelompok ada yang mencari tentang kelahiran, pengangkatan Nabi menjadi
Rasul, perang-perang pada masa rasul dan lain sebagainya.
1.
Pengertian
Metode Bermain Peran dan Sosiodrama
Metode bermain peran bertujuan untuk membantu siswa menemukan makna
diri (jati diri) di dunia sosial dan memecahkan dilema dengan bantuan kelompok.
Artinya, melalui bermain peran siswa belajar menggunakan konsep peran,
menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan memikirkan perilaku dirinya dan
perilaku orang lain.[11] Metode
sosiodrama dan role playing dapat dikatakan sama, sosiodrama pada dasarnya
didramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial.
Menurut Lilis Suryani: bermain peran adalah memerankan
karakter/tingkah laku dalam pengulangan kejadian yang diulang kembali, kejadian
masa depan, kejadian masa kini yang penting atau situasi imajinatif.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indoneisa, metode sosiodrama adalah
metode belajar yang memakai drama kemasyarakatan sebagai media.
Jadi, menurut analisa kami metode bermain peran dan metode
sosiodrama dapat dikatakan sama, karena kedua metode ini sama-sama memerankan
karakter/ tingkah laku. Tujuannya agar siswa dapat memahami perbedaan tingkah
laku dalam kehidupan sosial.
Proses bermain peran ini dapat memberikan contoh kehidupan perilaku
manusia yang berguna sebagai sarana bagi siswa untuk: a. Menggali perasaannya,
b. Memperoleh inspirasi dan pemahaman yang berpengaruh terhadap sikap, nilai,
dan persepsinya, c. Mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan
masalah, dan d. Mendalami mata pelajaran dengan berbagai macam cara. Hal ini
akan bermanfaat bagi siswa pada saat terjun ke masyarakat kelak karena ia akan
mendapatkan diri dalam situasi di mana begitu banyak peran terjadi, seperti
dalam lingkungan keluarga.
Keberhasilan metode bermain peran tergantung pada kualitas
permainan peran (enactment) yang diikuti dengan analisis terhadapnya. Di
samping itu, tergantung pula pada persepsi siswa tentang peran yang dimainkan
terhadap situasi yang nyata (real life situation).
Prosedur bermain peran terdiri atas sembilan langkah, yaitu;
a.
Pemanasan
(warming up)
b.
Memilih
partisipan
c.
Menyiapkan
pengamat (obsever)
d.
Menata
panggung
e.
Memainkan
peran (manggung)
f.
Diskusi
dan evaluasi
g.
Memainkan
peran ulang (manggung ulang)
h.
Diskusi
dan evaluasi kedua
i.
Dan
berbagai pengalaman dan kesimpulan.[12]
2.
Kelebihan
dan Kekurangan Metode Bermain Peran dan Sosiodrama
a.
Kelebihan
1)
Siswa
akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatifitas.
2)
Kerjasama
antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina.
3)
Bahasa
lisan siswa dapat dibina dengan bahasa yang baik.
4)
Bakat
yang ada pada siswa dapat dipupuk. [13]
b.
Kekurangan
1)
Sebagian
anak mengikuti drama sehingga mereka kurang kreatif.
2)
Banyak
memerlukan waktu.
3)
Memerlukan
tempat yang luas.
4)
Sering
kelas lain terganggu dengan suara pemain.[14]
3.
Langkah-Langkah
Penerapan Metode Bermain Peran dan Sosiodrama
Menurut kelompok kami langkah-langkah pembelajaran dengan metode bermain
peran dan sosiodrama ada sembilan langkah yang sering dilakukan, yaitu:
a.
Menghangatkan
suasana dengan memotivasi peserta didik
Pada tahap ini peserta didik dapat termotivasi agar tertarik pada
masalah karena itu pada tahap ini sangat penting dalam bermain peran dan paling
menentukan keberhasilan.
b.
Memilih
peran
Untuk tahap ini peserta didik dan guru harus menggambarkan berbagai
watak/ karakter, apa yang disukai, bagaimana mereka merasakan, dan apa yang
harus dikerjakan, kemudian semua peserta didik diberi kesempatan secara
sukarela untuk menjadi pemeran.
c.
Menyusun
tahap-tahap peran
Menyusun tahap baru, pada tahap ini pemeran tidak perlu memiliki
dialog khusus karena peserta didik dituntut untuk bertindak dan berbicara
secara spontan/ langsung.
d.
Menyiapkan
pengamat
Sebaiknya pengamat harus disiapkan secara matang dan harus terlibat
dalam cerita yang akan dimainkan agar semua peserta didik turut mengalami dan
mengahayati peran yang dimainkan dan aktif mendiskusikannya.
e.
Pemeranan
Pada tahap ini peserta didik
mulai bereaksi secara spontan, sesuai dengan peran masing-masing.
f.
Diskusi
dan evaluasi
Diskusi akan mudah dimulai apabila pengamat ikut bermain peran,
baik secara emosional maupun intelektual.
g.
Pemeranan
ulang
Dilakukan setelah hasil evaluasi dan diskusi mengenai pemeran.
h.
Diskusi
dan evaluasi tahap dua
Diskusi dan evaluasi tahap dua ini sama saja seperti tahap pertama,
hanya yang dimaksudkan untuk menganalisis hasil pemeranan ulang dan pemecahan
masalah pada tahap ini akan lebih jelas.
i.
Membagi
pengalaman dengan mengambil kesimpulan
Untuk ditahap terakhir ini peserta didik harus saling mengemukakan
pengalaman hidupnya dalam berhadapan dengan orang tua, guru, teman dan
sebagainya.
4.
Relevansi
terhadap Materi Pembelajaran PAI
Melalui permainan peran, siswa dapat meningkatkan kemampuan untuk
mengenal perasaannya sendiri dan perasaan orang lain. Mereka memperoleh cara
berperilaku baru untuk mengatasi masalah seperti dalam permainan perannya dan
dapat meningkatkan keterampilan memecahkan masalah.[15]
Metode bermain peran dan sosiodrama dalam bidang studi agama dapat
dilaksanakan terutama dalam bidang Sejarah Islam. Metode bermain peran dan sosiodrama ini dilakukan setelah guru
menjelaskan tentang sesuatu hal yang menyangkut bidang studi agama.
Misalnya bagaimana sikap sahabat Nabi di antaranya Umar bin Khattab
tatkala akan masuk Islam. Semula dia adalah seorang yang keras menentang Islam,
tiba-tiba setelah mendengarkan berkumandangnya ayat-ayat Al-Qur’an yang dibaca
oleh adik kandung sendiri, maka tergugahlah sanubarinya untuk memeluk agama
Islam. Perubahan sikap dari pahlawan kafir Quraisy menjadi pahlawan Islam dapat
digambarkan dalam bentuk drama, yang diperankan oleh anak didik sendiri didepan
teman-temannya.
Kesan dari drama yang dimainkannya sendiri akan besar pengaruhnya
kepada perkembangan jiwa anak didik baik yang langsung berperan dalam
sandiwara, maupun yang menyaksikan. Oleh karena itu, metode bermain peran dan
sosiodrama ini akan lebih banyak berpengaruh terhadap perubahan sikap
kepribadian anak didik.[16]
BAB III
PENUTUP
1.
Metode
Latihan
a.
Metode
latihan (driil) disebut juga metode training, yaitu suatu cara mengajar
untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu dan sebagai sarana untuk
memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik.
b.
Kelebihan
diantaranya; siswa memperoleh kecakapan motoris, siswa dapat memperoleh
kecakapan mental.
c.
Kekurangan
diantaranya; menghambat bakat dan inisiatif anak didik, menimbulkan penyesuaian
secara statis kepada lingkungan.
2.
Metode
Kerja Kelompok
a.
Metode
kerja kelompok adalah suatu cara mengajar dimana guru membagi murid-muridnya ke
dalam kelompok belajar tertentu dan setiap kelompok diberi tugas-tugas tertentu
dalam rangkai mencapai tujuan pembelajaran.
b.
Kelebihan
diantaranya; menumbuhkan rasa kebersamaan dan toleransi dalam sikap dan
perbuatan, Menumbuhkan rasa ingin maju dan mendorong anggota kelompok.
c.
Kekurangan
diantaranya; Kerja kelompok sering kali hanya melibatkan kepada siswa yang
mampu sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan
yang kurang, Memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang.
3.
Metode
Bermain Peran
a.
Metode
bermain peran bertujuan untuk membantu siswa menemukan makna diri (jati diri)
di dunia sosial dan memecahkan dilema dengan bantuan kelompok.
b.
Kelebihan
diantaranya; siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatifitas,
kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina.
c.
Kekurangan
diantaranya; sebagian anak mengikuti drama sehingga mereka kurang kreatif,
banyak memerlukan waktu.
Setelah membaca makalah mengenai
metode-metode pembelajaran, diharapkan untuk tidak pernah puas terhadap makalah
yang telah dibuat, karena metode pembelajaran memiliki cakupan yang sangat
luas, untuk itu pembaca hendak mencari sumber lain.
DAFTAR PUSTAKA
Daradjat, Zakiah. 1995. Metodik Khusus
Pengajaran Agama Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Mustafiyanti. 2014.
Strategi Pembelajaran. Lampung: Darussalam Press.
Ramayulis. 2015. Ilmu
Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Sukardi, Ismail.
2011. Model dan Metode Pembelajaran Modern; Suatu Pengantar. Palembang:
Tunas Gemilang Press.
Uno, Hamzah B.
2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif
dan Efisien. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Yusuf, Tayar &
Saiful Anwar. 1995. Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
[1] Mustafiyanti. Strategi
Pembelajaran. Lampung: Darussalam Press. 2014. Hal: 73-74.
[2] Zakiah
Daradjat, dkk. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: PT Bumi
Aksara. 1995. Hal: 302.
[3] Ismail
Sukardi. Model dan Metode Pembelajaran Modern: Suatu Pengantar.
Palembang: Tunas Gemilang Press. 2011. Hal: 29-30.
[4] Ibid: Hal: 30.
[5] Zakiah
Daradjat. Loc. Cit.
[6] Ramayulis. Ilmu Pendididikan
Islam. Jakarta: Kalam Mulia. Cet. Ke- 12. 2015. Hal: 285.
[7] Zakiah
Daradjat. Op. Cit. Hal: 304-305.
[8] Zakiah
Daradjat. Op. Cit. Hal: 306-307.
[9] Roestiyah N.K.
Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. 2012. Hal: 17.
[10] Ibid. Hal: 17.
[11] Hamzah B. Uno.
Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan
Efektif. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2007. Hal: 26.
[12] Ibid. Hal: 26.
[13] Mustafiyanti.
Op. Cit. Hal: 36.
[15] Hamzah B. Uno.
Op. Cit. Hal: 28.
[16] Zakiah
Daradjat, dkk. Loc. Cit.
TERIMAKASIH KAK
BalasHapusiya sama-sama
Hapusizin copas Kk
BalasHapusTrims sebelumnya